28. Cassandra

5 1 0
                                        

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

Hari berlalu dengan lancar. Tak ada masalah yang dibuat lelaki itu sejak dia kembali menjalani hidup. Dia menikmati hidup barunya dengan bantuan Nara. Rasanya setiap detik waktunya terasa sangat berharga. Walau belum sepenuhnya berubah, tapi setidaknya satu persatu kebiasaan buruknya dapat diubah.

Jam telah menunjukkan pukul 09.00 malam. Harusnya ini adalah jam tidur Andra menurut jadwal yang telah dibuat Nara, tapi lelaki itu sama sekali tak mengantuk. Padahal dia telah berbaring di ranjang tanpa melakukan apa pun selama 30 menit, namun rasa kantuk tak kunjung datang padanya.

Lelaki itu pun bangun dari tidurnya. Dia mengambil dompet dan kunci motornya. Kakinya melangkah keluar dari kamar. Dia melihat ayahnya yang sedang duduk dengan sebotol anggur di ruang tamu. Dia pun melewati ayahnya begitu saja.

“Mau ke mana kamu?” tanya Arman memperhatikan putranya.

“Beli susu” jawab Andra singkat.

Andra keluar dari rumah besar itu. Menaiki motornya menuju minimarket untuk membeli susu dan biskuit. Siapa tahu dia bisa mengantuk setelah makan itu. Untuk lelaki yang tak suka berbasa-basi, dia langsung mengambil apa yang dibutuhkannya dan segera membayarnya kemudian melaju untuk pulang.

Di tengah perjalanannya, dia melihat seorang petempuan yang sedang di hadang oleh pria di trotoar. Harusnya ini bukan menjadi urusannya, tapi dia tak bisa untuk tak ikut campur ketika melihat hal seperti itu di depan matanya. Dari kecil dia diajari untuk menghormati wanita, jadi ini akan menjadi masalah jika dia tak membantu gadis itu.

Dia memarkir motornya di pinggir jalan. Langkahnya begitu yakin menghampiri pria sampah itu. Dia berdiri tepat di depan pria itu hingga membuatnya bingung dan berdecak kesal karena Andra bertingkah seperti pahlawan kesiangan.

“Andra?”

Suara yang pelan itu dapat didengar oleh Andra. Dia pun menoleh pada perempuan di belakangnya. Alisnya sedikit terangkat karena ternyata dia mengenal perempuan itu. Dia kembali menatap pria di depannya tanpa minat.

“Siapa lo? Jangan ikut campur!” ucap pria itu dengan nada sedikit meninggi.

“Lo yang siapa? Dia gak kenal sama lo” jawab Andra dengan santai.

Sepertinya pria ini mabuk, pantas saja dia melantur. Andra hanya memperhatikan pria yang sepertinya sudah berkeluarga tersebut. Akan melelahkan jika berdebat dengan orang mabuk. Dia tak mau membuang energi dan waktunya dengan sia-sia hanya karena pria tak jelas ini. Andra pun menarik tangan gadis itu ke motornya. Dia menyuruh gadis itu naik dan dia akan mengantarnya pulang.

Mereka pun pergi dari pria itu. Andra mengendarai motornya dengan kecepatan standar menuju tempat kos khusus putri yang pernah dia kunjungi. Sesampainya di sana, gadis itu turun dari motor. Ya, itu Cassandra. Entah dari mana dia malam-malam begini sendirian di luar.

“Makasih, ya” ucap Cassandra dengan senyumnya. Gadis itu tak henti-hentinya menatap Andra.

“Mau masuk dulu?”

“Gak usah” jawab Andra singkat.

“Gak mau minum dulu?” tanya Cassandra lagi.

Andra hanya menggelengkan kepalanya. Dia hendak kembali melaju pergi, tetapi dia tiba-tiba teringat sesuatu. Ditatapnya gadis itu sembari memikirkan sesuatu. Tentu saja tingkahnya membuat Cassandra bingung dan canggung.

“Kenapa?”

“Misha... dia adek lo?” tanya Andra yang mencoba untuk memancing gadis itu.

Gadis itu tampak terdiam sejenak. Dia menggelengkan kepalanya lalu menjawab, “Dia anak gue”

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang