[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
●●●
Nara merasa sangat senang. Bahunya kini telah sembuh hingga dirinya tak memerlukan kain penopang itu lagi. Namun walau begitu dia tak boleh mengangkat barang yang berat. Ya, itu tak masalah. Lagi pula dia tak pernah mengangkat barang-barang yang berat.
Sekarang di sekolah, kelasnya sedang tak ada guru. Tentu saja keadaan seperti ini dimanfaatkan teman-teman sekelasnya untuk menggosip, bernyanyi, bermain atau yang lain. Nara masih duduk dengan Tari karena Jovan bilang bahwa Andra belum mau duduk dengannya. Gadis itu mulai berpikir jika Andra menjauhinya karena perkataan ayahnya. Jika memang itu alasannya, dia harus menjelaskan pada Andra.
Suasana kelas begitu ramai hingga tiba-tiba dua siswa kelas XI memasuki kelas. Mereka adalah ketua dan wakil OSIS. Dengan tanpa takut mereka berdiri di depan kelas sembari menyuruh kakak kelasnya untuk tenang karena ada yang ingin disampaikan. Andra menatap ketua OSIS itu. Itu lelaki yang pernah bermasalah dengannya waktu itu. Rupanya dia ketua OSIS. Pantas saja sangat sombong.
“Untuk memperingati hari Pramuka, sekolah kita mengadakan Perkemahan Jumat, Sabtu, Minggu yang dilaksanakan minggu depan. Dimohon untuk kakak-kakak sekalian berpartisipasi dengan kegiatan ini karena akan dimasukkan dalam nilai juga”
Seisi kelas mulai ramai setelah ketua OSIS itu selesai berbicara. Tidak masuk akal sekali. Mereka adalah siswa akhir tahun, kenapa mereka juga harus mengikuti kegiatan ini? Lagi pula kenapa harus berkemah? Kenapa tidak mengadakan lomba yang berkaitan dengan pramuka saja? Merepotkan.
Walau begitu, sebagian besar dari mereka menyukai kegiatan ini karena menganggapnya sebagai refreshing. Ditambah lagi kegiatan ini diikuti dari kelas X hingga kelas XII. Pasti sangat ramai dan seru. Tentu mereka juga harus membuat regu yang berisikan 10 orang setiap regunya.
“Pokoknya kita harus seregu” ucap Tari sembari menggenggam tangan Nara.
Nara terkekeh pelan. Kemudian dia bertanya, “Masa cuma dua orang?”
Tari pun menariknya ke meja Jovan dan Andra. Wakil ketua kelas itu melihat Jovan yang sedang asyik bermain ponsel bersama Andra. Sepertinya mereka juga semakin dekat akhir-akhir ini. Tangan Tari bergerak mengambil ponsel Jovan dengan cepat.
“Anjing, siapa sih?!” kesal Jovan sembari menoleh pada Tari yang telah melotot padanya.
“Eh, ayang. Ada apa?” tanyanya sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Kita seregu, ya?” tanya Tari sembari menatap Jovan dan Andra bergantian.
“Enak aja! Gue udah sama Jovan” sahut salah satu teman laki-lakinya.
“Gak mau tau, pokoknya gue, Nara, Jovan, sama Andra harus seregu!” jawab Tari tak mau kalah.
Jovan memperhatikan pacarnya yang berdebat dengan temannya. “Ya udah jangan berantem, kita seregu. Lagian juga kurang anggotanya, kenapa harus berantem, dah?”
Nara terkekeh pelan melihat perdebatan mereka. Rupanya sangat mudah membentuk regu. Tak butuh waktu lama, regu mereka telah pas berisikan 5 perempuan dan 5 laki-laki. Mungkin itu karena Tari dan Jovan yang disenangi banyak teman sehingga banyak yang ingin seregu dengan mereka.
“Diem-diem bae. Sariawan, brother?” tanya Jovan yang melihat Andra sedari tadi hanya diam ketika mereka sibuk memilih ketua regu.
“Jadi siapa ketuanya?” tanya Nara sembari memperhatikan anggota regu yang lain.
“Jovan”
“Andra”
Sahutan dari dua gadis yang bernama Dina dan Bella itu membuat si pemilik nama menoleh. Tari menatap mereka, lalu mengalihkan pandangannya pada Jovan. Nara tersenyum sembari menatap kedua lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Teen FictionIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...