[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
●●●
Hari terakhir perkemahan. Banyak yang sangat bersemangat untuk pulang, tapi mereka lupa bahwa kendaraan mereka tetap sama seperti mereka berangkat. Semuanya telah membongkar tenda mereka dan melipatnya dengan rapi. Barang-barang mereka juga sudah rapi di dalam tas.
Andra dan Jovan baru saja kembali dari perkumpulan untuk mengembalikan perlengkapan pada panitia. Si Troublemaker Ganteng itu melihat gadis yang semalam telah resmi menjadi pacarnya itu sedang duduk di tanah. Gadis itu tersenyum sembari menyodorkan sebotol air padanya.
“Capek, ya?” tanya Nara sembari memperhatikan wajah letih Andra.
Lelaki itu menggeleng. Dia jongkok di hadapan gadis itu sembari memperhatikan luka di kakinya. “Masih sakit?”
Nara sedikit mengerucutkan bibirnya sembari mengangguk. “Iya, perih banget”
“Gak usah ikut baris nanti” ucap Andra sembari memperhatikan Nara.
“Gak bisa gitu, dong. Gak enak sama yang lain” tolak Nara sembari menggelengkan kepalanya.
“Gak mau tau, ini perintah” baiklah, keputusan final dari Andra sepertinya tak bisa dibantah karena itu sebuah perintah.
Lelaki itu berdiri ketika mendengar aba-aba dari Fredi. “Duduk di sini, jaga tas anak-anak”
Nara mengerucutkan bibirnya. Kepalanya menoleh pada tas anggota regunya yang mengelilingi dirinya akibat ulah Andra. Dilihatnya lelaki yang memerintah anggotanya untuk segera berbaris. Gadis itu tersenyum memperhatikan Andra. Lihatlah, manis sekali sikap lelaki itu.
Setelah upacara penutupan selesai, para lelaki membantu mengangkut tas para siswa dan menatanya di dalam truk. Kemudian mereka membantu semuanya untuk naik. Andra turun dari truk, dia menghampiri Tari yang sedang membantu pacarnya berjalan. Diangkatnya Nara untuk naik ke dalam truk. Lalu barulah dia masuk paling akhir dan menutup pintu bak truk.
Truk mulai berjalan dan keseimbangan mereka pun kembali diuji. Nara merasa tak nyaman karena harus kembali berdesakkan, tapi untungnya Andra berdiri di sampingnya. Lelaki itu mengarahkan tangannya untuk berpegangan pada bak truk. Kepalanya mendongak memperhatikan Andra yang berdiri tepat di depan pintu hingga membuatnya takut lelaki itu jatuh. Gadis itu terus memegangi baju Andra, hanya untuk antisipasi saja.
Sesampainya mereka di sekolah, Andra memeriksa kembali anggotanya apakah tak ada yang tertinggal. Yap, anggotanya lengkap. Mereka telah diperbolehkan untuk pulang. Mereka saling melambaikan tangan dan pergi. Andra dan Nara berjalan menuju tempat parkir, namun langkah mereka terhenti ketika Bella menghampiri.
“Andra, ini punya lo. Makasih” ucap Bella sembari mengembalikan sapu tangan milik Andra.
Lelaki itu menerimanya tanpa mengucapkan apa pun. Bella melirik Nara tak suka. Dia kembali menatap Andra lalu bertanya, “Lo naik motor, kan? Gue boleh nebeng, gak?”
“Gak”
Jawaban Andra membuat Nara sedikit menunduk. Dia mengulum senyumnya. Dilihatnya Bella yang pergi dengan wajah yang kesal sekaligus malu. Lelaki itu kembali membantu pacarnya berjalan. Dia memindah gendongan tasnya di depan. Kemudian menaiki motornya. Lelaki itu juga membantu Nara untuk naik ke motornya. Setelah itu mereka pergi dari sekolah.
Di sepanjang perjalanan, Nara terus memikirkan Andra. Dia takut lelaki itu akan dimarahi ayahnya lagi jika mengantarnya pulang. Dan juga, sayang sekali jika harus pulang tanpa menghabiskan waktu bersama. Gadis itu pun menepuk bahu pacarnya, menyuruhnya untuk menepikan motor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Подростковая литератураIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...