[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
●●●
"Andra!"
"APA?!!"
Teriakan itu saling bersahutan. Itu sepasang ayah dan anak yang sedang beradu mulut. Suara putranya terdengar semakin meninggi ketika sang ayah membentaknya. Seperti inilah mereka jika bertemu, tak pernah ada kehangatan di rumah. Tak ada gunanya memisah mereka. Mereka memiliki sifat yang sangat persis. Mulai dari temperamental hingga keras kepalanya pun mirip.
Pagi yang buruk, terutama hari ini akhir pekan. Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk bersantai di rumah, justru terbuang sia-sia dengan pertengkaran ini. Hari ini Arman memilik janji penting dengan rekan kerjanya. Dia diminta rekan kerjanya untuk membawa serta penerus keluarga Darmawangsa. Namun putranya itu menolak untuk ikut. Begitulah kira-kira kronologinya.
Andra berjalan menjauh dari tempat ayahnya berdiri. Lelaki itu benar-benar muak dengan ayahnya. Dia tak memedulikan ponselnya yang sedari tadi berdering di meja. Baru tiga anak tangga yang dia naiki, tapi langkahnya sudah berhenti ketika mendengar suara dari ambang pintu. Kepalanya menoleh ke belakang.
Dilihatnya seorang gadis yang berdiri di ambang pintu sembari membawa tas. Nara? Kenapa dia kemari?
Arman melirik putranya yang tak bisa berkata-kata dengan kehadiran gadis itu. Dia pun merasa akan menang kali ini. Senyum liciknya keluar. Kakinya melangkah mendekat pada gadis itu."Oh, siapa ini?" tanya Arman ramah.
Nara dengan perasaan bingung dan canggung pun menjawab, "Saya Nara, om. Temen sekelasnya Andra"
Arman tampak mengangguk-anggukkan kepalanya. "Saya papanya. Ayo masuk"
Pria itu merangkul bahu Nara dan mengajaknya untuk duduk di sofa. Hal itu sukses membuat lelaki yang masih berdiri di anak tangga itu menghampiri dengan langkah pasti. Dia mendorong bahu ayahnya dengan kasar, lalu menarik tangan teman sebangkunya. Nara membulatkan matanya melihat sikap kasar Andra pada ayahnya.
"Andra, kenapa lo kaya gitu sih sama papa lo?" tanya Nara sedikit kesal.
Arman menaikkan sebelah alisnya. Rasanya ini sangat menarik. Dia pun memulai siasatnya untuk membuat putranya tunduk. Pria itu bersandiwara seakan Andra adalah putra yang durhaka terhadap ayahnya. Diliriknya tatapan khawatir dari Nara.
"Minta maaf ke papa lo sekarang" tatap Nara dengan tegas.
Lelaki muda itu menoleh pada gadis yang sedang dia pegang tangannya. Tatapannya sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan gadis itu. Dia menoleh pada ayahnya. Rahangnya mengeras, wajahnya memerah menahan amarah.
"Minta maaf, Andra" tegas Nara sekali lagi.
"Gak!" jawab Andra dengan nada tinggi.
Lelaki itu menatap ayahnya penuh kebencian. Dia kembali menoleh pada gadis di sampingnya.
"Lo ngapain di sini, hah?! Pergi! Jangan pernah ke sini lagi!"
Bentakan Andra membuat gadis itu mengerjapkan mata. Lelaki itu menendang meja sebelum pergi ke kamarnya. Dia masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan kencang. Barang-barang di sekitarnya hancur seketika begitu dia meluapkan semua amarahnya. Dalam sekejap kamarnya porak-poranda karena ulahnya. Teriakannya yang begitu kencang terdengar hingga ruang tamu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Teen FictionIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...