[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
•••
Hari ini Nara akan kembali ke rumahnya. Jujur saja Andra merasa tak suka karena gadisnya harus kembali, tapi dia tak bisa berbuat apa pun. Lihat saja wajahnya yang masam sejak pagi. Bahkan dia menjadi semakin jarang membuka suara pada Nara. Lucu sekali sikapnya.
Nara melirik pacarnya yang mencoret-coret kertas tak terpakai. Padahal sekarang sedang ulangan harian fisika, tapi lelaki itu malah sibuk dengan dunianya. Dilihatnya lelaki itu berdiri sembari membawa lembar jawabannya ke meja guru. Tentu saja seisi kelas dibuat melongo tak percaya. Bisa-bisanya lelaki itu menyelesaikan soal kurang dari 10 menit. Walau pun menjawab dengan asal, tapi apakah mungkin hanya dalam waktu kurang dari 10 menit?
Andra dengan santainya keluar dari kelas. Dia pun memilih untuk berkeliling karena merasa suntuk. Langkahnya membawanya ke tempat yang biasa dia kunjungi. Namun sebuah suara yang memanggil namanya membuatnya berhenti. Dia menoleh ke sumber suara, rupanya Pak Sarwo yang sedang berjalan ke arahnya.
"Kamu ngapain di luar? Ini masih jam pelajaran," tanya Pak Sarwo heran.
"Saya udah nyelesaiin ulangan harian," jawab Andra seadanya.
Jadi murid kesayangannya ini berjalan-jalan dengan santai karena punya 'waktu luang'? Yah, kalau begitu tak ada alasan untuk memarahinya. Lebih baik dia melakukan konseling pada Andra. Tak disangka, murid kesayangannya mau melakukannya. Walau sebenarnya dia menggunakan dalih mengobrol santai di kantin.
Berakhirlah Andra di kantin bersama guru tercintanya. Pria itu memberinya sebotol minuman bersoda pada muridnya. Dengan begini perbincangan mereka akan menjadi santai. Bagaimana pun kenyamanan Andra adalah yang terpenting. Karena itu dia tak boleh melewatkan kesempatan ini hanya karena Andra merasa tak nyaman.
"Bapak dengar akhir-akhir ini kamu sering gak fokus sama pelajaran," ucap Pak Sarwo untuk membuka percakapan.
Andra melirik tulisan-tulisan di lapak penjual yang lebih menarik perhatiannya. Kemudian dia bergumam, "Kaya tau aja gue fokus apa gak di kelas."
"Sebentar lagi penilaian akhir semester, lebih baik jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu," tutur Pak Sarwo menasihati.
"Hm," jawab Andra tanpa minat sembari mengangguk-anggukan kepalanya.
Entah kenapa Andra mengikuti pria ini dan mendengar ceramahnya. Mungkin karena tak memiliki tujuan, jadi tak ada salahnya dia mendengarkan ceramah pria ini sembari menunggu pacarnya. Setelah dipikir-pikir lagi, apa dia bisa menceritakan masalahnya pada pria ini? Dia membutuhkan solusi untuk mengambil sebuah langkah.
"Apa yang sebaiknya dilakukan seseorang jika melihat orang yang dibencinya kehilangan sesuatu?" Tanya Andra tiba-tiba.
Pak Sarwo cukup terkejut mendengar Andra yang tak acuh pada nasihatnya, kini menanyakan sesuatu. "Emang siapa yang kamu benci?"
"Saya gak butuh pertanyaan," ucap Andra sedikit kesal.
Ok, baiklah. Anak ini sepertinya sedang sedikit sensitif. Pak Sarwo pun memikirkan pertanyaan Andra.
"Biasanya kita akan senang saat melihat orang yang kita benci mengalami kesusahan, tapi coba posisikan diri kita sama orang itu. Menertawakan kemalangan orang lain itu emang seru, tapi tindakan kita ini lebih rendah dari orang yang kita benci."

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
Teen FictionIni sebuah kisah. Tentang tiga manusia yang melalui berbagai rintangan dalam perjalanan hidupnya. Arti Keluarga masih menjadi tanda tanya besar yang belum dapat mereka pecahkan. Mereka kehilangan rumah untuk pulang. Namun, mereka menemukan 'rumahnya...