02

242 9 0
                                    

           HAPPY READING

Bagi seorang anak perempuan bernama Senja, di abaikan dan di anggap tidak ada oleh semua orang termasuk orang tua nya adalah hal yang sudah biasa baginya.

Dari kecil, Senja bahkan tidak pernah tahu apa itu pelukan dari seorang ibu dan ayah. Aneh memang, Senja bahkan tidak pernah mengerti alasan utama, mengapa dia selalu di abaikan dan di anggap asing, bahkan tak jarang Senja diam - diam menangis di kamarnya.

Sejujurnya, Senja selalu iri pada adiknya yang selalu di nomor satu kan dan di banggakan oleh orang tua nya.

"Bisa enggak ya Senja kayak Afzha?." Batin Senja.

Senja hanya bisa tersenyum miris mengingat bagaimana posisinya di rumah ini hanya sebatas pelengkap tanpa arti.

Menyalahkan takdir? Sudah sering Senja lakukan. Tapi tetap saja, sekeras apapun Senja menangis meminta pertolongan pada Allah, pada akhirnya dia akan tetap jadi seorang yang terbuang.

Pada umumnya, setiap pagi beberapa keluarga pasti akan berkumpul bersama di ruang makan untuk sekedar sarapan sebelum melakukan aktivitas nya masing - masing.

Hal ini juga dilakukan oleh keluarga Azri. Canda tawa memenuhi ruangan ini. Ocehan - ocehan yang di lontarkan pun terdengar menyenangkan.

Senja melangkahkan kakinya keluar kamar, ia menuju meja makan keluarganya. Disana sudah ada papa, mama, dan adiknya yang sedang duduk dan berbincang.

Lihat, bahkan Senja tidak pernah disuruh turun hanya untuk sekedar makan bersama. Setiap hari, dia selalu pergi sendirian tanpa pernah diingatkan.

Senja melangkahkan kakinya, lalu ikut bergabung bersama keluarga nya. Namun sekali lagi, bahkan kedatangannya tidak disadari.

"Udah udah makan dulu yuk, nanti kalian kesiangan." Ucap Anna yang adalah mamanya.

Sekarang kalian jadi tahu kan kenapa nama belakang Senja itu Azanna, itu adalah gabungan nama orang tua nya yaitu Azri dan Anna.

Saat Senja hendak duduk, tiba - tiba mama nya menghentikan Senja untuk duduk.

"Mana kaca mata kamu? Kenapa enggak di pake?." Tanya mama.
"Hmm, ada kok mah." Balas Senja.
"Paling juga kaca mata nya di pecahin lagi." Ucap Afzha yang adalah adik Senja.
"Mana kaca mata kamu sini mama liat." Ucap mama dengan wajah kesal.

Akhirnya Senja pun mengeluarkan kaca mata nya dari tas dengan perasaan takut.

"Tuh kan bener kata aku, kaca mata nya pasti pecah mah. Lo itu bisa enggak sih hargain pemberian orang tua, masih mending mama mau beliin lagi yang baru, coba kalo enggak, makin buta mata lo tau enggak." Ucap Afzha.

Plakkk..

Sebuah tamparan keras pun mendarat di pipi Senja.

"Hiks..hiks..ampun mah, aku enggak sengaja mecahin kaca mata nya." Ucap Senja seraya menangis.
"Gampang banget ya kamu bilang ampun. Asal kamu tau ya, kamu itu udah ngerusak kaca mata kamu tiga kali. Kamu fikir beli nya enggak pake uang apa." Bentak mama.

"Maaf mah, aku janji enggak akan ngerusakin kaca mata aku lagi." Ucap Senja.
"Maaf maaf! Hari ini kamu mama hukum enggak boleh sarapan dan enggak dapet uang saku." Bentak mama, lalu Senja pun mengambil tas nya.

Dengan langkah lemah, Senja beranjak dan segera keluar dari rumah untuk segera pergi ke sekolah.

Selama perjalanan, Senja hanya merasakan sesak yang sejak tadi membuncah di dadanya. Senja ingin menangis tapi tidak bisa, seolah rasa sakit itu tertahan.

Senja menepuk - nepuk dada sebelah kirinya. Berusaha meredakan rasa sakit yang selalu dia rasakan.

"Ayo dong jangan nangis. Senja udah biasa kok dimarahin mama, lagian juga kan Senja yang salah maka nya mama marah. Senja juga udah biasa kok enggak sarapan terus enggak di kasih uang saku. Sekarang, Senja harus fokus belajar biar bisa dapet nilai tinggi terus bikin mama sama papa seneng." Batin Senja.

LANGIT SENJA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang