28

51 5 0
                                    

              HAPPY READING

"Langit mana?."

"Keluar bentar, nanti juga bakal balik lagi." Ujar Haidar.

"Nah tuh anaknya." Ucap Naresh saat melihat Langit berjalan ke arahnya.

"Abis darimana sih lo? Eh bentar, kayaknya gue pernah liat ini cewek deh. Tapi dimana ya?." Ucap Haidar seraya memiringkan kepalanya seperti sedang mengingat sesuatu.
"Sok kenal lo. Lang, ayo ke belakang, temen - temen yang lain udah pada nunggu tuh." Ucap Naresh.

"Tapi bener gue pernah liat nih cewek." Ucap Haidar seraya membuntuti Langit dan Naresh yang berjalan lebih dulu.
"Ya terus kalo lo pernah liat, apa masalahnya." Ujar Naresh.
"Enggak ada." Balas Haidar dengan wajah polosnya dan Naresh hanya mendengus lelah.

"Tes..tes..pertama - tama gue mau ngucapin terimakasih buat kalian yang udah hadir diacara ulang tahun gue. Dan gue harap, kalian semua menikmati pestanya." Ucap Langit.
"Oke, sekarang waktunya tiup lilin!." Teriak Haidar.

"Tiup lilinnya,
Tiup lilinnya,
Tiup lilinnya sekarang juga,
Sekarang juga,
Sekarang juga."

"Make a wish dulu dong." Ucap Naresh.

Huushh..

"Yeyy."

"Ayo potong kue nya." Ujar Naresh.

Lalu Langit pun memotong kue ulang tahun nya.

"Kira - kira, suapan pertama buat siapa ya?." Ucap Haidar.

"Karena bokap dan nyokap gue lagi enggak ada disini. Jadi, suapan pertama bakal gue kasih buat orang yang bagi gue itu spesial. Karena dia beda dari cewek lainnya." Jelas Langit.
 
"Udah kayak martabak aja pake spesial, ya udah langsung dong." Ucap Haidar.

Lalu Langit pun mendekati Senja dan menyodorkan kue tersebut pada Senja.

"Kok aku?." Tanya Senja bingung. Karena, menurut Senja itu aneh. Padahal mereka baru saja bertemu tapi Langit memperlakukannya seperti sudah kenal dekat.

"Gue kan tadi udah bilang, lo itu bagi gue spesial. Diluar sana banyak cewek yang bisanya cuma ngabisin uang buat foya - foya. Tapi, lo beda dari cewek lainnya. Lo berjuang sendiri supaya kantong lo keisi dan hari ini bisa makan. Gue kasih kue pertama gue ke lo itu supaya lo semangat. Dan supaya lo enggak berfikiran kalo enggak ada yang mau berteman sama lo. Gue ada disini, gue disini buat nemenin lo. Dan berkat lo, gue jadi belajar sesuatu yang berharga. Jadi, ini buat lo." Jelas Langit membuat semua yang mendengarnya terpaku.
"Langit." Ujar Senja dengan mata yang sudah berkaca - kaca.

"Sweet banget"

"Terharu gue dengernya." Ujar Haidar.

Lalu Langit pun menyodorkan sesendok kue pada Senja, dan Senja pun memakannya.

"Iiihh nyebelin!." Gerutu Celine.

"Sekarang waktunya pesta!." Ujar Haidar.

"Oh iya, maaf ya enggak bisa ngasih kamu hadiah mahal. Aku cuma bisa ngasih kamu hadiah kecil." Ucap Senja seraya memberikan sebuah kotak kecil pada Langit.

"Padahal gue enggak mengharapkan hadiah dari lo. Lo udah dateng aja gue seneng. Kalo gitu gue buka ya." Balas Langit seraya membuka hadiahnya. Dan ternyata, Senja memberinya sebuah kalung berbandul lumba - lumba.

"Kok lumba - lumba?." Tanya Langit.

"Iya, karena menurut aku kamu itu kayak lumba - lumba. Saat ada orang yang hampir tenggelam dilaut dan ada lumba - lumba yang liat itu. Lumba - lumba itu pasti bakal nolongin orang itu walaupun dia enggak kenal. Sama kayak kamu, waktu aku dijahilin sama Celine, kamu nolongin aku. Padahal kamu enggak kenal aku. Lumba - lumba juga gampang banget bersahabat sama manusia. Sama kayak kamu, padahal kamu baru ketemu aku, tapi kamu perlakuin aku seakan - akan udah temenan lama. Lumba - lumba juga baik sama manusia, walaupun dia enggak tau sifat manusia itu. Kamu juga gitu, hanya karena menurut kamu aku itu baik. Kamu jadi temenan sama aku." Jelas Senja.

"Jadi karena itu lo ngasih gue kalung lumba - lumba." Ucap Langit dan Senja mengangguk.
"Gue pake sekarang ya." Ucapnya lagi seraya memakaikan kalung pada lehernya.
"Kamu suka kalung nya?." Tanya Senja.
"Iya, makasih banyak ya." Balas Langit tersenyum.

LANGIT SENJA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang