~6. Hadiah misterius

22 2 0
                                    

Assalamualaikum teman-teman TYTB update lagi nihh:v

Yuk yang penasaran sama kelanjutannya posisikan diri kalian di tempat paling nyaman:)

Eitsssss,,, tapi ingat sebelum itu divote dulu ya bab ini biar authornya senang hehe>.<

Selamat membaca^^

***

Setelah Natusha tahu kebenaran tentang Arrayan, gadis kecil itu mendadak jadi pendiam. Bahkan gadis itu yang biasanya terlihat ceria dan lincah, kini hanya mengurung dirinya di dalam kamar. Mungkin Natusha masih sulit menerima kebenaran yang baru saja diketahuinya.

Tadi pun selama perjalanan pulang, Natusha tidak mengeluarkan suaranya sama sekali. Aksa menghembuskan nafas kasar, ia tahu ia bersalah dalam hal ini karena tidak memberi tahu kabar kematian Arrayan sejak dulu. Namun, ia hanya tidak ingin Natusha larut dalam kesedihan karena kehilangan Arrayan, seperti Aqila dulu.

Aksa masih berdiri di depan kamar Natusha yang tertutup rapat. Ia akan meminta maaf lagi pada putrinya. Ia tahu Natusha kecewa karena ia bohongi. Perlahan ia membuka pintu di hadapannya yang memang terbuka sedikit.

Kedua matanya menangkap sosok Natusha tengah duduk membelakanginya dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai. Ia semakin mendekat, ternyata gadis kecil itu tengah memeluk boneka pemberian Arrayan beberapa tahun lalu.

Wajah Natusha memerah, bulu mata lentiknya basah karena air mata dan hal itu semakin membuat Aksa merasa bersalah. Akhirnya, ia duduk di lantai kamar putrinya dengan kepalanya yang mendongak untuk menatap Natusha.

"Maaf, tidak seharusnya papah berbohong," ucapnya setelah meraih kedua tangan mungil Natusha yang tadi memeluk boneka.

"Papah bukan bermaksud untuk berbohong, tapi papah hanya tidak ingin melihat kamu sedih. Itu menyakiti papah Tusha," lanjutnya begitu lembut.

Sedangkan Natusha masih terdiam menatap sang papah dengan kedua matanya yang terus mengeluarkan air mata. Akhirnya ia turun dari ranjangnya untuk menghampiri Aksa, lalu memeluk sang papah dengan erat.

"Tusha sayang papah, jangan tinggalkan Tusha sendiri, seperti om Arrayan meninggalkan Tusha," katanya begitu pilu.

"Berjanjilah papah akan selalu bersama kami." Natusha mengarahkan jari kelingkingnya di hadapan Aksa. 

Aksa tersenyum, kemudian menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Natusha," Papah janji."

***

Aqila terkejut saat ibu mertuanya tiba-tiba datang ke rumah. Sepertinya wanita itu ingin mengunjungi cucunya, karena setahunya, Maria sangat tidak menyukainya. Jadi, tidak mungkin wanita itu datang untuk menemuinya.

Maria langsung duduk begitu saja ketika sampai di dalam rumahnya. Wanita itu menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan sembari manggut-manggut.

"Beruntung sekali kamu menikah dengan anak saya," katanya begitu angkuh serta lirikan yang begitu sinis.

Aqila hanya tersenyum tipis menanggapinya."Mamah mau dibuatkan teh?" tanya Aqila sopan.

"Tidak perlu berpura-pura menjadi menantu yang baik," sindir Maria.

Aqila hanya terdiam walaupun hatinya sedikit sakit ketika Maria mengatakan hal itu.

"Dimana cucu-cucu saya?" tanya Maria dengan jari-jarinya yang sibuk menggeser layar ponsel.

Baru saja Aqila hendak menjawab kedua anaknya turun.

"OMAH!" seru Keanzi yang bergegas menghampiri sang nenek.

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang