~47. Ruang lukisan Keanzo

40 1 0
                                    

Assalamualaikum, teman-teman semuanya, TYTB2 kembali upadate. Sebelumnya aku minta maaf kemarin aku gak update karena kemarin aku lagi bener-bener gak mood banget buat nulis:(

Kayanya untuk beberapa hari ke depan pun aku belum bisa update soalnya mood aku lagi tidak mendukung 🙏

Kalau begitu, sekarang kalian bisa lanjutkan baca ya:)

Selamat membaca^^

***
"Apa-apaan ini?!"

Sontak wanita dengan kerutan di wajahnya itu membalikkan tubuhnya saat mendengar suara putranya.

"Kenapa mom membuang semua barang-barang Aqila?"

"Untuk apa kamu menyimpan barang-barang milik wanita pembunuh seperti dia?" Maria balik bertanya.

Aksa mengusap wajahnya kasar. Inilah yang ia hindari sejak tadi, perdebatan dengan Maria. Itulah sebabnya, mengapa ia jarang pulang karena ibunya itu selalu mencari-cari kesalahan istrinya hingga pada akhirnya mereka bertengkar.

"Aqila masih istriku dan aku tidak mengizinkan mom sembarangan membuang barang-barangnya!" tegas Aksa.

"Apa istimewanya wanita itu Aksa?!"

"Dia sangat istimewa!"

"Seorang pembunuh?" Maria menaikkan satu alisnya.

Aksa sekuat tenaga menahan amarahnya.

"Jangan menghina istriku mom!"

"Kau lebih membela wanita itu dari pada ibumu sendiri?!"

Aksa menggeram tertahan. Ia benar-benar lelah menghadapi ibunya yang terus saja membenci Aqila hingga seberapa banyak usaha Aqila berbuat baik, tetap saja semuanya akan sia-sia di mata ibunya.

Di sela-sela pertengkarannya dengan Maria, tak sengaja tatapannya jatuh pada bingkai foto pernikahannya dengan Aqila sudah hancur berantakan.

Dengan langkah pelan, Aksa menghampiri foto tersebut. Lalu, berjongkok untuk meraih bingkai itu. Perasaannya hancur sama seperti bingkai foto di tangannya.

Hanya foto itu yang bisa mengobati kerinduannya pada Aqila. Tetapi foto itu pun dirusak oleh ibunya. Bahkan foto pernikahan mereka pun disobek-sobek hingga tak berbentuk.

Se-benci itukah Maria pada Aqila?

"Mom akan mencarikan wanita yang lebih baik untukmu dari pada wanita itu," ucap Maria.

Aksa yang mendengar itu pun menggenggam erat bingkai foto itu, menyalurkan perasaan kesal dan marah.

"Silahkan mom cari hingga ke ujung dunia sekali pun. Tapi, ingat satu hal."

Aksa berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang memburu karena amarah yang ditahan.

"Hanya Aqila yang aku inginkan hingga aku mati!" lanjutnya begitu tegas. Kedua matanya memerah menahan tangis. Kemudian tak lama, pria itu pun kembali meninggalkan rumah sembari membawa sobekan foto pernikahannya dengan perasaan marah.

Tanpa mereka sadari, jika sejak tadi bukan hanya Arvin saja yang mendengar perdebatan mereka. tetapi, Natusha juga. Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu sembari bersandar di pembatas tangga dengan kedua telinganya yang ia tutup, berusaha untuk tidak mendengar perdebatan antara papah dan omahnya. Namun, tetap saja, ia masih bisa mendengarnya dan hal itu sangat membuatnya sedih.

Flashback off***

Aqila terdiam cukup lama setelah mendengar cerita dari putrinya. Begitu banyak hal yang telah terjadi selama 10 tahun belakangan ini dan ia sama sekali tak mengetahuinya.

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang