~11. Sena

15 0 0
                                    

Assalamualaikum, selamat siang pembaca TYTB 2 >.<

Sebelum membaca, tolong ya untuk divote terlebih dahulu. Terima kasih:)

Selamat membaca^^

***

Aksa kembali ke tempat duduknya dan disana masih ada Arvin yang juga masih sibuk dengan aktivitas sebelumnya. Namun, tak lama lelaki itu mendongak saat mendengar suara decitan kursi yang berasal dari hadapannya.

"Lama sekali. Apa kau mengadakan ritual lebih dulu?" tanya Arvin melantur.

Aksa menatap malas Arvin.

"Tidak bermutu sekali pertanyaanmu," jawab Aksa ketus.

Arvin hanya menampilkan wajah kesal.

Kemudian Aksa melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu, setelah itu ia bangkit dari duduknya membuat Arvin mendongak.

"Kemana lagi?" heran Arvin, pasalnya baru saja pria itu kembali dari kamar mandi.

"Kantor."

Arvin mendesah kecewa, padahal ia masih ingin bersantai-santai di cafe.

"Kau duluan saja, aku menyusul," katanya.

Aksa menatap Arvin dengan alis yang mengangkat satu.

"Kau bosnya?"

Arvin menggerutu kesal sembari bangkit dari duduknya. Sial! Ia lupa, jika Aksa adalah bos yang sangat disiplin dan tegas.

"Sombong sekali kau," desis Arvin, namun Aksa sama sekali tak merasa sakit hati akan ucapan temannya itu.

"Jika kau tidak bekerja, kau tidak akan mendapatkan gajimu bulan ini. Lalu, bagaimana mungkin kau bisa menikahi Thania?" kata Aksa panjang lebar sembari tersenyum miring.

"Kau benar-benar bos yang kejam. Memaksa karyawan terus bekerja, itu sama saja seperti kerja rodi," kesal Arvin.

Aksa tertawa, sedangkan Arvin hanya mendengus kasar sebagai respon. Tak berselang lama, Aksa melihat Arvin mengikuti langkahnya dari belakang.

***

Sena tidak bisa melupakan wajah tampan pria tadi. Pria dengan alis tebal dan tubuh kekar yang bertemu dengannya di cafe tadi. Tatapan  mata pria itu tajam walau terhalang oleh kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Ya. Perempuan yang tadi bertemu dengan Aksa di lorong toilet adalah Sena. Perempuan berambut pendek, berwarna sedikit pirang itu memiliki wajah cantik dan tubuh yang ideal. Namun, semua teman-temannya mengatakan bahwa ia adalah perempuan galak dan pemarah.

Sena merasa tidak asing dengan wajah pria itu. Seperti mirip seseorang, tapi siapa ia tidak mengingatnya.

"Wajahnya begitu tidak asing," ucap Sena sembari mencoba mengingat kapan dan dimana ia pernah bertemu pria itu.

Selesai bergelut dengan opininya tentang pria yang bertemu dengannya tadi. Kini ia memasuki kamarnya untuk sekedar beristirahat sejenak. Namun, ia baru sadar akan sesuatu, kemudian mengambil ponselnya dan mengirim sebuah pesan kepada seseorang di sebrang sana.

Dirasa selesai, ia pun menyimpan ponselnya di nakas dekat ranjang, lalu setelah itu ia memilih untuk merilekskan pikiran dan tubuhnya dengan berendam di bathub.

Sena keluar dari kamar mandi, namun betapa terkejutnya ia saat melihat sosok lelaki yang sudah terbaring di atas ranjangnya. Lelaki itu tersenyum ke arahnya.

"Apa ada hal penting?" tanya Sena setelah duduk di hadapan cermin sembari menyisir rambutnya.

"Tentu."

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang