~48. Kembalinya cinta sejati

47 2 2
                                    

Assalamualaikum, selamat malam teman-teman semua😄

Mohon, maaf ya aku beberapa hari ini jarang update. Alasannya sudah aku jelaskan di part sebelumnya ya:)

Tapi, sebelum membaca tolong divote lebih dulu dan jika ada typo atau keselamatan dalam penulisan kalian bisa ingatkan di kolom komentar ya🙏

Selamat membaca^^

***

"Keanzi?"

Sontak Keanzi yang merasa namanya disebut pun menoleh. Lelaki itu terdiam cukup lama merasa sedikit terkejut dengan apa yang baru dilihatnya. Namun, tak berselang lama, lelaki itu terkekeh sinis.

"Kau sudah kembali?" tanyanya kemudian tersenyum miring yang ditujukan pada Aqila.

"Aku pikir kau sudah tiada," lanjut Keanzi lagi membuat hati Aqila perih oleh perkataan putranya.

Apakah Keanzi berharap dirinya tidak ada?

"Jaga bicaramu!" tandas Keanzo dari meja makan.

"Kau menginginkan ibumu tiada Keanzi?" tanya Aqila lirih sembari menahan pedih di hatinya.

Aqila tak menyangka, putra bungsunya telah berubah dan Aqila sangat sedih melihatnya. Putra yang sejak kecil ia jaga dan didik dengan penuh kasih sayang. Kini bahkan tak ada sedikit pun didikan Aqila yang diterapkannya.

Keanzi tertawa mendengar pertanyaan Aqila.

"Aku hanya mengira saja," elak Keanzi dengan wajah tengilnya.

Aqila menatap sendu putranya. Hinaan dan cacian orang-orang tentangnya tidak membuatnya begitu sakit. Tetapi, saat mendengar penuturan putranya yang secara tidak langsung menginginkannya tiada membuat rasa sakit Aqila menjadi berlipat ganda.

"Sepertinya menjadi dirimu itu enak. Tinggal di penjara dan jauh dari orang-orang. Sedangkan keluargamu selalu diejek dan dihina setiap harinya karena perbuatanmu," sindir Keanzi.

"Kau ingin menjadi pahlawan dengan menyelamatkan nyawa gadis itu dan membiarkan putramu terluka?" tanya Keanzi sembari menunjuk Natusha menggunakan dagunya.

Aqila masih terdiam dengan berjuta-juta kali lipat pedih di hatinya. Sedangkan, Keanzo tengah mati-matian menahan amarahnya dengan mengepalkan kedua tangannya di bawah meja makan.

"Dan setelah pertemuan kita hari ini. Jangan berharap jika aku akan memelukmu, lalu mengatakan padamu bahwa aku sangat merindukanmu."

Keanzo semakin mengepalkan kedua tangannya hingga kuku-kukunya memutih. Adiknya itu sudah melewati batas.

"Karena aku membencimu."

Kalimat Keanzi membuat hati Aqila seakan ingin berhenti berdetak. Sampai wanita itu menyentuh dadanya yang berdenyut nyeri.

"Dan kau tahu apa penyesalan terbesar dalam hidupku?" Keanzi menatap Aqila dengan sorotan kebencian.

"Menjadi putramu!"

Brak!

Sontak mereka menoleh ke arah meja makan. Disana terlihat sorot mata Keanzo menajam dan tatapan lelaki itu mengarah pada Keanzi. Perlahan, lelaki itu menghampiri Keanzi, lalu melayangkan satu pukulan keras tepat di bagian hidung Keanzi hingga darah segar keluar mengalir.

Keanzi tersenyum miring sembari mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Walaupun pukulan kakaknya itu terasa sangat sakit.

"Sudah aku peringatkan, jaga ucapanmu!" peringat Keanzo tanpa merubah tatapannya.

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang