~17. Selamat bergabung di perusahaanku.

12 1 0
                                    

Assalamualaikum, teman-teman jangan lupa untuk divote sebelum membaca ya:-)

Selamat membaca^^

***

Rasa sesak yang Sena rasakan masih membekas hingga sekarang. Kemarin, setelah ia mengatakan kalimat terakhirnya, Sena langsung pergi dengan alasan ada urusan yang harus dikerjakan hingga meninggalkan Maria begitu saja di rumah Aqila. Jujur saja, menetap di rumah itu hanya membuat nafasnya sesak, Sena tidak tahan.

“Aku benci kebahagiannya,” kata Sena dengan nada penuh kebencian.

“Aku benci keluarga harmonisnya.”

“Dan aku benci wanita itu!” Sena melempar sebuah guci beling ke cermin hingga membuat kedua benda tersebut hancur berantakan di lantai.

“Sena?!” panggil Darry dari luar kamar.

“Sena buka pintunya!” Darry mengetuk keras pintu kamar Sena.

“Oh sial semua barang-barangku pasti habis dia hancurkan,” umpat Darry yang sudah tahu kebiasaan Sena yang suka menghancurkan semua barang-barang mahalnya.

“Diam kau brengsek!” teriak Sena dari dalam kamar.

Darry yang mendengar balasan berupa teriakan dari Sena pun paham, bahwa perempuan itu sedang membutuhkan waktu sendiri. Darry pun memutuskan untuk pergi, membiarkan Sena meluapkan semua yang dirasakannya.

Sebab, Sena bukanlah tipe perempuan yang mudah untuk bercerita kepada siapa pun. Sena lebih memilih memendam dan mencari jalan keluarnya sendiri. Terkadang Darry merasa ingin bertanya dan mendengarkan cerita-cerita kehidupan Sena di masa lalu yang katanya buruk itu.

Darry ingin menjadi tempat berkeluh kesah Sena, namun ia sadar diri bahwa Sena sama sekali tak menginginkannya. Sena yang sekarang bersamanya dan Sena yang dulu sangat berbeda.Yang saat ini bersamanya adalah sosok Sena yang keras kepala, tangguh, gigih dan egois ketika ingin mendapatkan sesuatu.

Berbeda dengan Sena yang dulu. Sena yang memiliki tutur kata lembut dan ramah karena murah senyumnya membuat siapa pun yang melihatnya terpesona akan kecantikan wajah blasteran gadis itu.

Darry bukan membanding-bandingkan mereka. Tetapi, hanya saja ia tidak percaya bahwa dirinya bisa sembuh dari luka kehilangan gadis pertama yang dicintainya secara cepat. Dan baginya, mengenal mereka membuatnya berpengalaman agar bisa lebih memahami seorang perempuan.

“Kau yakin akan membiarkan gadis itu terus bersamamu?” tanya Mack sahabat dekatnya.

Sontak Darry pun tersadar dari lamunannya, kemudian mengangguk.

“Kau benar-benar mencintainya,” kata Mack kemudian meneguk kopi buatannya.

“Jangan sampai kau tertipu oleh cintamu,” pesan Mack kemudian pergi begitu saja setelah mengatakan itu.

***

“Darry aku akan mencari pekerjaan,” kata Sena tiba-tiba.

Darry mendongak untuk menatap seseorang yang tadi bersuara. Alisnya naik satu ketika melihat penampilan Sena yang sudah rapih.

“Kerja saja di kantor ku,” kata Darry yang mendapat gelengan kepala dari Sena.

“Lalu?”

“Aku ingin mendapatkan penghasilan ku sendiri,” jawab Sena.

Darry menaruh koran yang tadi dibacanya untuk menatap Sena sepenuhnya. Baru saja ia hendak berbicara, Sena mengambil kembali koran yang tadi ia baca.

“PT Damian Axell?” gumamnya membaca sebuah lowongan pekerjaan yang ada di koran tersebut.

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang