~12. Lelaki di mall

19 0 0
                                    

Assalamualaikum selamat pagi:]

Jangan lupa untuk divote lebih dulu ya >.<

Selamat membaca^^

***

Setelah kemarin bertemu dengan Aqila. Seharian hati Airon terasa begitu senang dan sekarang Airon tengah berdiri di sebrang jalan tepat di depan sekolah anak-anak Aqila. Sudah hampir setengah jam ia berdiri disana dan tujuannya hanya ingin melihat Aqila lagi.

Namun, Aqila tak kunjung datang, bahkan kini putra-putri Aqila sudah keluar dari kelasnya. Airon menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Aqila, tetapi ia sama sekali tak melihat mobil milik wanita itu yang kemarin hampir menabraknya.

Dengan sedikit ragu, ia mendekat pada anak-anak Aqila. Lalu, Airon duduk tepat di sebelah Keanzo yang sepertinya tidak terusik oleh kehadirannya. Di dalam maskernya ia terkekeh kecil merasa Keanzo sangat mirip dengan Aksa, sangat cuek. Airon berdeham membuat Natusha dan Keanzi mengalihkan perhatian padanya.

"Kalian menunggu jemputan?" tanya Airon kepada mereka.

Keanzi dan Natusha mengangguk, sedangkan Keanzo hanya diam, menatap lurus ke depan dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Airon lagi yang niatnya ingin menjaga anak-anak Aqila hingga wanita itu menjemput.

Natusha dan Keanzi mengangguk lagi.

Cukup lama mereka dalam keheningan hingga suara Keanzi membuat keheningan itu lenyap.

"Abang, aku haus," adunya pada Keanzo.

Keanzo hendak bangkit dari duduknya untuk membeli minum, namun dicegah oleh Airon.

"Aku yang akan membelikan untuk kalian, tunggu disini," katanya yang diangguki oleh ketiganya.

Setelah kepergian Airon, mereka kembali terdiam sambil menunggu sang mamah yang tidak biasanya lama menjemput.

"Kenapa mamah lama sekali," keluh Keanzi lagi.

"Mungkin macet," jawab Natusha.

"Sok tahu sekali," desis Keanzo tanpa mengalihkan perhatiannya.

Natusha kembali terdiam dan menunduk setelah mendengar perkataan Keanzo yang cukup menyakitkan.

Sedangkan, dari kejauhan, Airon tetap memperhatikan anak-anak Aqila sembari memesan minuman. Namun, baru saja ia hendak menghampiri mereka lagi, sosok Aqila datang membuat langkah kakinya pun terhenti. Ia hanya memperhatikan interaksi Aqila dengan anak-anaknya dari kejauhan. Setelah itu, mereka memasuki mobil dan meninggalkan area sekolah.

Airon menatap tiga botol air mineral di tangannya kemudian ia tersenyum tipis di dalam maskernya. Mungkin di lain waktu ia bisa memberikannya pada mereka atau bahkan hingga mengobrol lebih banyak lagi.

***

"Ck, benar-benar cantik sekali," decak Sena memuji dirinya sendiri. Ia sangat berterima kasih kepada orang tuanya yang sudah mewariskan paras yang cantik dan menawan padanya.

Kemudian Sena mencoba berdiri untuk melihat lebih jelas penampilannya. Dress yang ia pakai hari ini sangat indah dan cocok di tubuh idealnya, tentu semua ini ia lakukan agar terlihat menarik karena pagi ini ia akan menghabiskan waktu berbelanja bersama Darry.

"Darry membuatku memiliki segalanya. Entah berapa lama aku tak bisa menikmati hidup," gumamnya ketika mengingat betapa sulitnya ia hidup dulu.

"Sudah selesai?"

Sena terlonjak saat mendengar suara berat Darry dari ambang pintu. Namun, tak lama ia mengangguk kemudian meraih tas mahalnya dan menghampiri Darry.

"Sangat cantik," puji Darry menatap penuh kekaguman pada Sena.

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang