~22. Satu rumah

11 0 0
                                    

Assalamualaikum, jangan lupa di follow dan vote ceritanya yaaaaaaa.

Selamat membaca^^

***
Untuk yang kesekian kalinya, Sena kembali menginjakkan kakinya di rumah milik Aksa. Sebab Maria memintanya untuk ikut tinggal di rumah pria itu dan tentu hal itu membuatnya merasa sangat senang. Satu rumah artinya, ia akan sering bertemu Aksa.

“Aksa, kamar yang diatas untuk Sena ya,” ujar Maria membuat Aqila terkejut. Pasalnya, kamar yang dimaksud oleh Maria, adalah kamar yang ditempati oleh Natusha, putrinya.

“Sena bisa menempati kamar yang di bawah mom,” kata Aksa yang kurang setuju.

“Kamu memberikan kamar yang di bawah untuk Sena?” Maria menatap putranya tak percaya.

“Mom-“

“Tidak apa-apa. Lagi pula aku disini hanya tamu, tidak masalah aku di kamar bawah atau pun atas,” potong Sena memaksakan senyumnya.

“Tapi-“

“Mom harus istirahat, ayo," potong Aksa lalu mendorong kursi roda Maria dan membawanya ke kamar yang letaknya tak terlalu jauh dari kamar yang akan Sena tempati.

Setelah kepergian Aksa dan Maria hanya tersisa Aqila dan Sena di ruang tamu. Namun, tak berselang lama Sena pun melenggang pergi menuju kamarnya, diikuti Aqila yang juga ke kamarnya, bersiap-siap untuk menjemput anak-anaknya dari sekolah.

***

“Apa kau terganggu dengan kehadiran Sena?” tanya Aksa pada Aqila setelah mereka selesai makan malam bersama dengan yang lainnya.

Aqila menghentikan aktivitas merapihkan tempat tidur saat pertanyaan itu terlontar dari mulut suaminya. Aqila menghela nafas, lalu memposisikan tubuhnya menghadap pada sang suami sepenuhnya.

“Jika aku mengatakan, ya?”
Aksa menghela nafas mendengar jawaban sang istri. Jelas, Aqila merasa tak nyaman akan kehadiran Sena.

Apalagi, perempuan itu akan tinggal bersama keluarganya terutama Maria. Melihat keakraban antara Sena dan Maria membuat Aqila merasa semakin tak nyaman dan merasa terasingkan.

“Aku mengerti perasaanmu. Tapi, aku pun tidak menduga, jika mom juga meminta Sena untuk ikut ke rumah kita,” kata Aksa menjelaskan pada Aqila.

"Sejak dahulu mom memang sangat dekat dengan Sena," lanjutnya lagi.

“Aku tidak mempermasalahkan hal itu Aksa. Hanya saja, aku merasa seperti tidak ada diantara kalian. Apalagi, jika kalian bertiga sedang bersama. Dan itu benar-benar membuatku merasa kehadiranku tak ada gunanya bahkan pendapat dan keinginanku tak didengar,” ungkap Aqila jujur.

“Jangan bicara seperti itu sayang,” pinta Aksa yang melihat kesedihan di mata istrinya.

“Mom masih membutuhkan waktu untuk menerimamu,” lanjut Aksa mencoba memberi pengertian kepada Aqila.

Aqila membuang wajahnya ke sembarang arah.

“Aku bukan wanita yang memiliki tingkat kesabaran luas. Ada masanya dimana aku merasa lelah dengan semua perilaku ibumu Aksa,” kata Aqila membuat Aksa terdiam.

“Aku akan bicara pada mom tentang hal ini,” kata Aksa.

Tok!

Tok!

Tok!

Sontak Aqila dan Aksa menoleh ke arah pintu yang diketuk dari luar.

“Aksa, ini aku Sena!”

Entah mengapa Aqila tidak suka mendengar suara itu. Suara yang sudah hampir berpuluh-puluh kali ia dengar di rumahnya. Bahkan sejak kedatangan perempuan itu, dari pagi tadi Aksa lebih banyak duduk bersama perempuan itu dibanding dengan dirinya.

Takdir yang tak berpihak 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang