21

210 18 0
                                    

Azkier mengendikkan bahu dan berjalan melewati Rain lalu duduk di kursi seraya memutar tubuhnya menghadap ke arah Rain.

“Asal Anda tahu saja Lady, saya benar-benar tidak terlibat dengan hal ini, tidak sama sekali.” Jelas Azkier.

“Anda...,” tunjuk Rain pada wajah Azkier yang hanya di tanggapi dengan bibir yang melengkung ke bawah seolah mengejek. Rain menggeram lalu berjalan melintasi taman mawar dan berjalan menuju kamarnya.

Azkier melihat punggung Rain yang berjalan pergi dengan seringai lebar di wajahnya.

“Bukankah sudah ku katakan bahwa aku akan melakukan apapun untuk bisa terlibat di dalam semua urusanmu. Terkecuali pertunangan ini,” Azkier bangkit dan berlalu dari tempat itu.

Tanpa mereka sadari sepasang mata almond tengah mengamati mereka sejak tadi sembari mengepalkan tangan erat. Sosok itu kemudian berbalik dan berjalan pergi.

Sesampainya Rain di kamar ia segera menganti gaunnya dengan gaun tidur lalu menjatuhkan diri di ranjang seraya menatap langit-langit kamar.

“Haruskah aku kabur saja?” pikir Rain yang kemudian menggelengkan kepalanya dengan keras.

“Tidak, tidak, tidak. Aku tidak bisa bersikap kekanak-kanakan seperti ini dan lari begitu saja dari pertunangan. Dan lagi pertunangan itu akan di lakukan dua minggu dari sekarang,” Rain mendesah dengan wajah lelah.

Rain mendudukkan dirinya tiba-tiba. “Tetapi bagaimana bisa Duke yang sedang pergi dinas bisa kembali secepat itu?” Rain memejamkan matanya menerka-nerka.

“Bagaimana bisa begitu?” gumamnya masih tak mengerti. Karena kesal ia mengacak-acak rambutnya lalu menjatuhkan dirinya ke ranjang.

“Sudahlah, aku tidak ingin memikirkannya lagi. Sangat menyebalkan,” Rain kemudian mematikan lampu yang berada di meja samping ranjang dan mencoba untuk tidur.

Keesokan paginya Rain berangkat ke akademi bersama Azkier yang menginap di rumahnya. Awalnya ia ingin menolak, namun saat melihat Duke Havelen, Rain memilih untuk mengalah dan pergi bersama.

“Bukankah Anda seharusnya belajar di rumah?” Rain melirik sekilas ke arah Azkier yang duduk di depannya lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

“Aku hanya ingin saja,”

Rain memutar matanya. Di jalanan kota terlihat orang-orang sangat sibuk. “Sepertinya akan ada festival. Hm, haruskah aku pergi melihat-lihat nanti?” gumam Rain.

“Apa Anda akan pergi ke festival Lady?” tanya Azkier.

Rain menyandarkan tubuhnya menatap Azkier. “Entahlah,” sahut Rain tak bersemangat.

“Lalu apakah Anda ingin pergi bersama saya?” pinta Azkier.

Rain tersenyum dengan mata terpejam. “Tidak,” tolaknya cepat. Azkier hanya diam sembari menarik sudut bibirnya membentuk seringai miring.

Kereta kuda berhenti tepat di depan gerbang akademi. Azkier turun dari kereta di ikuti Rain yang berada di depannya. Banyak pasang mata yang terlihat terkejut melihat kedatangan mereka. Bisik-bisik tentang keduanya menyebar dengan luas di akademi.

Yah, walaupun Rain sudah memperkirakan tentang hal itu. Bagaimana seandainya jika mereka tahu bahwa ia adalah tunangan dari Duke muda?

Ia pasti tidak akan lolos begitu saja karena sudah membuat keributan besar.

Rain langsung menuju kelasnya begitu turun dari kereta. Sedangkan Azkier mengekorinya dari belakang. Rain memberhentikan langkahnya tiba-tiba membuat Azkier hampir menabrak tubuhnya.

Antagonis Lady [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang