03

543 40 0
                                    

Sudah seminggu sejak Rain berada di Akademi. Dan malam ini akan di adakan pesta dansa yang akan dihadiri oleh anggota kerajaan.

Rain di sibukkan dengan Daisy yang terus menerus mengganti model gaunnya.
“Ayolah, Daisy. Aku hanya akan pergi ke pesta dansa. Mengapa kau membuatku mencoba semua gaun ini? Tidak bisakah kau memberikanku gaun yang mana saja?” keluh Rain.

Daisy menggeleng, “Tidak nona, Anda tidak boleh melakukan hal itu. Bagaimana jika ada yang mengajak nona berdansa dan nona hanya mengenakan gaun biasa, Anda akan membuat malu tuan Marquess.” Jelas Daisy.

Rain menyerah, ia membiarkan Daisy mencarikan gaun yang cocok untuk ia kenakan.

“Nona bagaimana dengan gaun yang ini?” tanya Daisy seraya menunjukkan sebuah gaun tanpa lengan berwarna ungu pucat yang di jahit dengan hati-hati terlihat sangat sederhana namun juga elegan di saat yang sama.

“Baiklah aku akan mengenakan yang ini saja,” putus Rain.

Daisy kemudian membantu Rain mengganti pakaian dan mendandaninya, walaupun Rain bersikeras tidak ingin menggunakan riasan, namun Daisy tetap memaksanya duduk di depan meja rias.

Rain turun dari kereta kudanya, saat ia sampai di depan gerbang ia melihat banyak orang yang sudah datang. Rain berjalan dengan langkah ringan menuju aula pertemuan.

Di depan pintu aula Rain di suguhkan dengan ramainya para bangsawan. Di bawah lampu gantung terdapat beberapa meja dengan berbagai cemilan kecil di atasnya.

Karena Rain tidak memiliki teman ia memilih untuk menikmati acara itu sendirian. Ia berjalan dan mengambil beberapa keping biskuit dan macaron lalu meletakkannya di atas piring.

Rain berdiri sembari menikmati makanan manis itu. Azkier berjalan masuk ke dalam aula dan mendapati Rain yang tengah menikmati suguhan yang ada. Tanpa sadar Azkier menelan salivanya. Rain tampak cantik di bawah cahaya lampu  gantung.

Dengan rambut perak yang di sanggul lalu membiarkan anak rambutnya jatuh di sekitar telinga di tambah lagi ia mengenakan gaun berwarna ungu yang sangat cantik.

“Wow, apa gadis yang berada di bawah lampu gantung itu benar-benar ‘Anak tak berguna’ dari keluarga Deleux? Mengapa ia bisa terlihat begitu cantik?” heboh beberapa pria yang berada di di sisi lain ruangan itu.

Azkier yang mendengar hal itu entah mengapa merasa kesal. Ia mengepalkan tangannya.

Chris yang melihat tingkah Azkier yang tak biasa menepuk bahunya pelan. “Ada apa?” tanyanya.

“Bukan apa-apa,” kilah Azkier lalu melemparkan pandangannya ke arah lain. Chris hanya mengangguk pelan. Ia memilih untuk tidak menanyakan lebih banyak.

Tak berapa lama kemudian pesta dansa di mulai dan Rain berdiri bersendekap dada di dekat tiang pilar. “Apa Anda tidak akan berdansa Lady?” tegur seseorang dari arah belakang Rain.

Rain berbalik dan mendapati beberapa orang dalam balutan setelan jas tengah mencoba mengajaknya berbicara. Rain menatap curiga namun ia berpura-pura tidak menyadari hal itu.

“Ya begitulah,” Rain menjawab singkat lalu kembali mengamati orang-orang yang berdiri di lantai dansa. Pencahayaan yang kurang di sekitar pilar membuat Rain merasa yakin jika akan terjadi sesuatu.

Tiba-tiba saja lampu gantung yang menerangi lantai aula padam dan membuat suasana menjadi riuh. Dari arah belakang sebuah tangan besar membekap mulutnya dan menariknya.

Rain mencoba untuk tetap tenang, ia di seret ke lorong lalu karena merasa ia berada cukup jauh dari aula, dengan cepat ia mengeluarkan jarum yang sudah ia olesi racun pelumpuh dari sanggulnya dan membiarkan rambutnya jatuh tergerai.

Dengan cepat ia menancapkan jarum itu pada tangan pria yang tengah menyeretnya.

“ARRRGHHH!!!!” Pria itu menjerit sembari jatuh berlutut dan memegangi tangannya yang tak bisa digerakkan.

“Boss!” pekik beberapa pria dewasa yang ia duga sebagai komplotan dari pria itu.

“Apa yang tengah kalian lakukan bodoh! Cepat tangkap gadis itu dan jangan biarkan ia lolos!” perintah pria yang terkena jarum tadi.

“Baik boss!” jawab mereka serentak.

Mereka dengan cepat menyerang Rain. Di bawah cahaya bulan yang menerangi tempat itu Rain tersenyum miring sembari melepaskan sepatu tinggi yang ia kenakan dan mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

Mereka menyerang bersama ia menendang rusuk lawannya dengan keras lalu meninju wajah mereka dan terakhir menjatuhkan mereka ke lantai.

“Apa hanya ini saja kemampuan kalian? Ini bahkan tak bisa di sebut pemanasan,” ejek Rain.

Beruntung gaunnya tidak rusak akibat perkelahian itu, Rain mengambil sepatunya dan berjalan meninggalkan mereka.

Baru satu langkah ia berjalan, ia kemudian berbalik dan menyeringai lebar sembari berjongkok di depan lawannya yang terlihat ketakutan.

“Ma-maaf Lady! Mohon maafkan kami!” pinta mereka dengan wajah ketakutan. Rain mengambil beberapa jarum yang tersisa lalu meletakkannya di depan mereka.

“Apa kalian tahu jarum ini berisikan racun apa?” tanya Rain dengan wajah tenang. Mereka menggeleng dan beringsut mundur.

“Sebaiknya kalian segera pergi dari sini sebelum aku menancapkan jarum ini pada kalian,” ancam Rain.

Dengan wajah ketakutan mereka berlari dengan cepat sembari menyeret boss mereka.

“Pertunjukan yang bagus, sayang sekali kemampuan mereka hanya begitu saja.” Rain mengendik, lalu meletakkan jarumnya yang tersisa dengan hati-hati di balik gaunnya.

Rain berdiri dan melihat bulan yang bersinar dengan cerahnya di atas langit malam.

“Siapa di sana?” tanya Rain sembari memicingkan matanya menatap gelapnya lorong.

Azkier berjalan keluar dari kegelapan dan mendatangi Rain yang tengah memegangi sepatunya. “Itu tadi benar-benar pertunjukan yang bagus Lady, aku bahkan tidak menyangka bahwa Lady dapat melakukan bela diri. Aku benar-benar sangat terkejut.” Papar Azkier.

Rain berdecih. “Begitukah?”Azkier mengangguk ia lalu mengambil sepatu Rain dan berjongkok di depannya dan mengenakan sepatu itu pada kaki Rain.

“Apa Anda ingin berlatih denganku di lain waktu Lady?” usul Azkier.

Rain mendengus. “Aku tidak tertarik,” jawab Rain datar.

Azkier tersenyum hambar, “Baiklah, setidaknya aku ingin tahu apa kau akan mengikuti lomba berburu di akhir musim panas ini?” tanya Azkier.

“Tentu saja aku ikut.” jawab Rain tanpa sadar.

Azkier memangut-mangut. “Begitukah? Kalau begitu sampai bertemu akhir musim panas ini. Aku tidak akan mengalah hanya karena Anda adalah seorang Lady.”

Setelah mengatakan hal itu Azkier langsung  pergi. Meninggalkan Rain yang menatap punggungnya yang menjauh dengan heran.

“Apa-apaan pria itu?”

“Hah, sepertinya pestanya sudah di mulai kembali. Sayang sekali aku tidak berniat kembali ke aula.”

Rain kemudian melangkahkan kakinya menuju balkon yang berada di lantai dua dan menikmati pemandangan langit malam yang sangat indah.

Tanpa Rain sadari sepasang mata biru terus mengamatinya dari bayang-bayang.

Rain kemudian memutuskan untuk kembali, ia tidak ingin lagi berada di aula.

Antagonis Lady [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang