43

433 17 18
                                    

Azkier mengambil cangkir teh di atas meja dengan ekspresi bingung. Ia menyeruput teh itu sembari terus mengamati wajah Rain yang duduk di depannya dengan ekspresi datar.

“Mengapa?” tanya Azkier sembari meletakan kembali cangkir teh itu ke atas meja.

Rain mendesah pelan, lalu berkata. “Aku membutuhkan bantuanmu untuk menghancurkan mereka.”

Alis Azkier terangkat dengan ekspresi terkejut di wajahnya. “Mengapa akun harus membantumu Lady? Keuntungan apa yang bisa aku dapatkan?”

“Sebagai balasan dari permintaan yang aku buat, aku akan memberikan semua informasi yang di perlukan,”

“Apa Lady yakin dengan keputusan Anda itu ?” tanya Azkier memastikan.

Rain mengangguk. “Aku tidak akan menarik kembali perkataanku,”

Azkier menyandarkan punggungnya apada sandaran sofa dan melemparkan pandangannya keluar jendela.

“Apakah Anda begitu percaya diri dengan kemampuan Anda Lady?”

“Tentu saja,” jawab Rain spontan.

Azkier memalingkan wajah dan menatap Rain lalu tersenyum. “Baiklah, kalau begitu mohon bantuan untuk kedepannya,”

Ekspresi terkejut jelas terlihat di wajah Rain, bagaimana bisa orang yang duduk di hadapannya menyetujui hal seperti itu tanpa rasa curiga sedikit pun?

Apa Azkier tidak pernah mempertimbangkan bahwa Rain akan mengkhianati kepercayaan yang sudah ia berikan?

“Apa kau tidak takut jika aku akan menghianati kepercayaan yang telah kau berikan?”

“Tidak,” jawab Azkier cepat.

Alis Rain terangkat. “Mengapa Anda begitu percaya diri?” tanya Rain penuh selidik.

“Karena itu adalah Lady, bahkan jika nanti Anda mengkhianati saya, saya tidak akan memberi perhitungan kepada Anda,"

Rain merasa gusar secara tiba-tiba. Kedua tangannya terkepal di atas paha. Matanya terus tertuju pada Azkier, mencoba untuk mencari kebohongan di dalam nada bicara pria itu.

“Aku penasaran,mengapa kau rela bertindak sejauh ini?”

“Entahlah, aku juga tidak mengerti mengapa,”

Rain meringis. “Sudahlah, aku sudah menyampaikan semua hal yang aku inginkan darimu, aku akan bertanya sekali lagi, aku benar-benar membutuhkan bantuanmu, apakah kau yakin akan membantu?”

“Dengan senang hati Lady,” Azkier beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah Rain.

Azkier berlutut dan bertumpu di satu kaki. Tangannya bergerak meraih tangan Rain dan mengecup pelan punggung tangan gadis itu.

“Sebaiknya saya kembali, jika tidak orang-orang akan bergosip dan menyebarkan rumor tak berdasar. Saya tidak ingin hal itu membuat Lady menjadi tidak nyaman."

“Saya permisi Lady, ” pamit Azkier.

Rain menatap punggung Azkier yang menghilang di balik pintu dengan ekspresi penuh tanda tanya di kepalanya.

“Apa pria itu bodoh? Mengapa dia bertindak sampai sejauh ini? Kesepakatan ini tidak akan membawa banyak keuntungan untuknya.” Rain menggerang sembari memegangi kepalanya. Ia memang bodoh karena meminta permintaan dari pria itu.

'Dasar gila,'

Setelah kepergian Azkier, Rain memilih untuk tidak kembali ke tempat pesta teh berlangsung. Ia hanya akan membiarkan ibu tirinya bersenang-senang untuk saat ini.

Ketika tiba waktunya, ia akan menjatuhkan dan membuat mereka membayar mahal atas semua perbuatan busuk yang sudah mereka lakukan di masa lalu hingga menyebabkan kematian ibunya.

Sebuah bayangan hitam melintas di udara, Rain menoleh ke arah balkon dan mendapati seekor elang Hitam bertengger di pembatas balkon.

Rain bangkit dan berjalan mendekat ke balkon, matanya mengamati elang itu sejenak dan menyadari bahwa di kaki kokoh burung itu terdapat sebuah surat.

Tangannya bergerak mengambil surat dan langsung membuka surat tergulung itu. Setelah itu, elang yang di utus itu mengepakkan sayap dan terbang meninggalkan balkon.

Aku sudah menemukan penghianat itu. Jangan lupa dengan hal yang kau janji kan, aku menantikan ekspresi apa yang kau buat setelah aku menyeret penghianat ini ke hadapanmu.

Temui aku di gubuk kecil yang berada di tengah padang rumput yang terbentang luas yang ada di belakang ‘Tanah Kematian’ tengah malam saat bulan purnama bersinar dengan begitu terang di langit dua hari lagi. Aku tidak sabar untuk melihat ekspresi terkejut di wajahmu.

Josh

Rain tersenyum. Ini baru hari ketiga sejak Josh mengatakan bahwa ia akan menemukan pengkhianat itu.

Kemampuan yang Josh miliki benar-benar membuatnya takjub sekaligus waspada. Rain akui, Josh berhasil menarik perhatiannya.

Ekspresi di wajahnya melunak. “Well, tidak ada salahnya membiarkan pria itu melakukan hal yang ia inginkan,”

Rain menyeringai lebar. Sepertinya malam ini ia bisa tidur nyenyak tanpa harus mengkhawatirkan hari esok.

Rain membawa surat itu dan melemparkan pandangannya pada langit senja yang mengeluarkan semburat jingga.

“Sepertinya setelah ini akan banyak hal baik yang akan terjadi dalam waktu dekat, begitu pula dengan kehancuran mereka,”

Rain berjalan keluar dari ruang baca dengan membiarkan jendela balkon tetap terbuka.

Angin yang berhembus menerbangkan kertas kosong yang ada di atas meja dan membuat tirai-tirai bergoyang.

Angin yang berhembus lembut itu seakan menjadi pertanda akan badai dahsyat yang akan segera terjadi dalam waktu dekat.

Sangat lembut dan berbahaya. Bagaikan bayangan hitam yang berjalan di bawah cahaya bulan dengan mantel bertudung serta suara senandung yang terdengar dari dalam hutan.

Senandung kamatian. Begitulah orang-orang menyebutnya. Ketidaktahuan mereka membuat mereka selamat.

Bibir Rain bergerak menyenandungkan sebuah lagu dengan suara pelan. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat pesta teh di selenggarakan, sepertinya ia tidak boleh melewatkan waktu ini.

Matanya mengkilat. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum.
Bibirnya melontarkan kata-kata tanpa suara, matanya terus tertuju pada orang yang sudah menyebabkan kematian ibunya.

Balas dendamku akan segera di mulai, aku harap kau akan menyukai hadiah kecil dariku, Ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antagonis Lady [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang