Azkier mengedarkan pandangannya menatap ke sekeliling tempat itu. Area itu luas dengan di kelilingi oleh pepohonan tinggi yang berjejeran.
“Lalu di mana sungainya?” tanya Azkier sembari mengeluarkan botol minuman yang telah kosong.
Rain menunjuk area yang berada di belakang Azkier. “Jika Anda berjalan sebentar ke sana, Anda akan menemukan anak sungai.”
“Aku tidak yakin apa itu benar-benar sungai atau bukan, aku hanya mendengar gemuruh air dari kejauhan saat melintas di tempat ini.”
Azkier mengangguk lalu berjalan menuju tempat yang Rain katakan. “Setidaknya biarkan aku duduk di rerumputan saja, bokongku mulai sakit karena duduk terlalu lama di atas kuda.” Keluh Rain dengan wajah cemberut.
Azkier memutar badannya dan berjalan kembali ke tempat Rain. Azkier menyeringai kecil, lalu menurunkan Rain dari atas kuda dan mendudukkannya di bawah pohon itu.
“Tunggulah di sini, aku akan segera kembali.” Rain mengangguk patuh. Azkier berbalik lalu berjalan pergi.
Rain bersenandung kecil seraya menunggu Azkier kembali. “Sepertinya kau baik-baik saja,” Rain mendongak dan mendapati Azkier tersenyum ke arahnya.
“Kau kembali,” sambut Rain.
“Apa kau mendapatkan airnya?”
Azkier mengoyangkan botol air yang ia bawa lalu menyerahkannya pada Rain. “Minumlah, kau pasti kehausan karena terlalu lama menungguku.”
“Aku baik-baik saja,” ucap Rain sembari membuka tutup botol itu dan meneguk isinya. Air sungai yang dingin melewati kerongkongan Rain membuatnya merasa energinya kembali.
“Ah, sangat segar,” desah Rain lalu mengusap mulutnya menggunakan lengan baju dengan ekspresi puas yang terukir di wajahnya.
“Syukurlah jika kau merasa lebih baik. Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kau tidak bisa melakukan hal-hal yang akan membahayakan dirimu sendiri.”
“Aku tidak sebodoh itu,” tukas Rain.
“Ya, baiklah Lady.” Jawab Azkier mengalah.
“Lalu katakan padaku mengapa kau begitu bersikeras untuk memenangkan pertandingan ini?”
Rain menunduk dengan ragu ia menjawab, “Aku melakukan taruhan dengan Lady Sparon. Ia mengajakku untuk bertanding di kompetisi berburu ini. Ia juga mengatakan jika aku dapat memenangkan pertandingan ini ia tidak akan menggangguku lagi.”
Azkier berjongkok di depannya dan menatap lurus mata merahnya seraya mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala Rain dengan senyum hangat yang menenangkan.
“Kau benar-benarhebat, Lady,” puji Azkier tulus.
“Namun, tidak akan mudah menangkap hewan buruan dengan kondisi Lady yang sekarang, kita harus menemukan cara untuk menangkap hewan buruan yang bagus.”
“Aku baik-baik saja, aku hanya memerlukan anak panah agar aku bisa menangkap buruanku.”
“Tidak, aku tidak akan mengizinkan hal itu terjadi,” tegas Azkier.
“Haah,” Rain mendesah pelan dengan wajah masam. “Sangat licik. Pasti tidak akan ada Lady yang mau menikah denganmu, aku yakin akan hal itu.”
“Aku meragukan hal itu. Karena cukup banyak pada Lady yang menyukaiku,” Azkier tersenyum miring lalu mengacak-acak rambut Rain, membuat gadis itu menggeram marah.
“Pria licik sepertimu tidak akan pernah menikah,” ejek Rain.
Azkier mengembuskan napas pelan. “Aku baru menyadari sesuatu, ternyata Lady juga bisa tersenyum, tertawa, marah dan kesal. Suatu kehormatan bagiku karena dapat melihat ekspresi lain dari wajah Lady.”
Rain terperajat. Ia tidak pernah sekalipun membiarkan orang lain melihat sisinya yang seperti ini.
Terlebih lagi ia selalu berusaha untuk tidak pernah menunjukkan bahwa ia tertarik.
Rain mengigit bibirnya lalu memalingkan wajahnya ke arah lain membuat Azkier mengernyit bingung.
“Ada apa Lady?” tanya Azkier seraya memegang pundak Rain yang dengan kasar di tepis oleh gadis itu dan raut wajahnya kembali dingin tanpa ekspresi.
“Bukan apa-apa,” jawabnya dingin.
Azkier dengan kasar mendaratkan bokongnya di tanah dan menatap wajah Rain lama.“Apa yang sedang kau coba lakukan Tuan?” tanya Rain dengan wajah datar.
Azkier mengulurkan tangannya lalu menarik pipi Rain sedikit kuat membuat gadis itu meringis seraya menahan rasa sakit yang di timbulkan akibat cubitan Azkier.
“Cih, aku tidak menyangka jika Anda sangat lancang. Bagaimana seorang bangsawan terhormat seperti Anda melakukan hal semacam ini?” Rain berdecih kesal lalu bangkit dari duduknya di ikuti oleh Azkier yang juga ikut bangkit.
“Kau akan pergi ke mana?” tanya Azkier seraya menahan tangan Rain yang dengan susah payah berdiri.
Rain menarik tangannya dari cengkraman Azkier tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Apa Anda mengalami gangguan kepribadian Lady? Mengapa sikap Anda tiba-tiba berubah?”
“Anda tidak mengenalku, Tuan. Atas dasar apa Anda membuat kesimpulan seenaknya.”
Setelah mengatakan hal tajam seperti itu dengan susah payah Rain berjalan menjauh sembari menyeret kakinya.
“Ke mana gadis itu akan pergi?” gumam Azkier lalu berlari kecil mengejar Rain.
“Kemana Anda akan pergi Lady?” Azkier mensejajarkan langkahnya dengan Rain dan melemparkan pandangannya pada langit yang di tutupi awan hitam.
“L-A-D-Y,” panggil Azkier sembari mengeja panggilan kehormatan yang di gunakan oleh para bangsawan.
Rain merinding mendengarnya, “Memeriksa hewan buruan yang aku tinggalkan,” Rain menjawab singkat.
“Eh, apa hewan itu tidak di ambil atau di makan binatang lain?” tanya Azkier.
Rain mengangkat bahu. “Entahlah,”
Azkier menghela napas pelan, Rain kemudian memberhentikan langkahnya dan Azkier mendapatinya menghembuskan napas berat.
“Sepertinya ada orang lain yang sudah datang kesini dan mengambil hewan buruanku,” Rain berkata dengan nada sinis.
“Ada jejak kaki kuda disini,” ujar Azkier seraya berjongkok, Rain mendekatkan dirinya untuk melihat lebih jelas.
Rain mengangguk setuju. “Sepertinya belum lama mereka pergi dari sini, haruskah kita mengejar mereka?” usul Azkier.
“Tidak perlu, aku juga tidak menginginkan sesuatu yang sudah di ambil dari diriku, biarkan saja aku hanya akan mencari hewan buruan yang lain,” Rain membalikkan badannya dan berjalan kembali ke tempat kudanya berada.
“Apa kau yakin?” tanya Azkier yang berjalan di belakang Rain. Rain menghentikan langkahnya membuat Azkier juga menghentikan langkahnya.
Rain berbalik dan menatap lurus ke mata hijau milik Azkier dengan sorot mata dingin.
“Aku tahu apa yang aku lakukan, jangan terlalu mempedulikanku, Tuan. Aku tidak selemah yang kau pikirkan.” Setelah berkata demikian Rain berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Azkier yang diam mematung seraya mencerna kata-kata yang di ucapkan oleh Rain.
“Sangat ketus. Aku benar-benar penasaran, siapa pria yang akan menikahinya nanti?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Lady [HIATUS]
AksiRain Deleux gadis remaja yang di juluki sebagai 'Anak tak berguna' dari keluarga Deleux. Setelah sekian lama menyembunyikan kemampuannya ia bertekad untuk membuat orang-orang tidak memandangnya dengan rendah. Tak tanpa ia sadari identitasnya sebagai...