18

225 18 0
                                    

Rain berjalan mendekat lalu duduk di kursi yang berada di depan Azkier yang masih menatapnya dengan wajah tenang.

“Sebelum itu ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada Anda,” ucap Rain seraya meremas tangannya.

Azkier menaikkan sebelah alisnya, “Apakah itu ada kaitannya dengan benda yang di kirimkan pada Lady?” tanya Azkier.

Rain mengangguk. “itu benar, aku penasaran bagaimana bisa dirimu mendapatkan racun itu, sedangkan—” Rain mendadak tidak melanjutkan kalimatnya.

“Hm, sedangkan apa Lady?” Pancing azkier.

Dalam situasi ini Azkier jelas sedang mencoba memojokkan dan mengali semua informasi yang ada. Rain tidak bodoh, ia menyadari dengan jelas niatan yang terkandung dalam balutan undangan makan siang.

“Bukan apa-apa,” elak Rain cepat. Dirinya tidak bisa membocorkan hal apapun yang berkaitan langsung dengan racun yang ia buat dan kembangkan.

“Bagaimana caranya Anda bisa mendapatkan benda itu?” tanya Rain dengan hati-hati. Ia tidak ingin memperlihatkan gelagat aneh sedikit pun.

“Kebetulan salah satu kenalanku yang memberikanku benda itu. Tidak lama setelahnya aku mendengar bahwa benda itu yang meracuni Anda Lady,”

Rain menatap Azkier lama. Memang benda itu tidak bisa di dapatkan hanya dengan mencarinya saja. Harus ada koneksi ataupun orang-orang yang memiliki hubungan langsung dengan benda itu.

“Kelihatannya kenalan tuan ini memiliki sesuatu yang bagus. Saya penasaran siapa yang mengedarkannya.”

“Ya, begitulah.”

“Ini bukan hanya tentang ‘makan siang’ saja bukan begitu?” tekan Rain.

Azkier menyeringai kecil. “Anda benar-benar orang yang cermat Lady, aku akan menceritakannya setelah makan siang.”

“Lewat sini Lady,” lanjutnya lalu bangkit berdiri dan memimpin jalan.

“Ya,” Rain menjawab singkat.

Azkier berjalan di depan Rain dan dari belakang Rain bisa melihat punggung Azkier yang lebar, postur tubuhnya tinggi dan atletik jelas membuat gadis mana saja akan menyukainya. Terutama wajah tampan bermata hijau gelap itu.

Lady, apa Anda mendengarkan?” tanya Azkier dengan suara berat dan agak serak yang mendominasi.

Rain tersentak. “Hm? Apa kau baru saja mengatakan sesuatu? Maaf, sepertinya aku terlalu larut dalam pikiran sendiri. Anda sedang membicarakan apa tuan?”

Azkier menoleh dari balik bahunya dan melirik Rain sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke depan. “Bukan apa-apa..., saya bertanya Anda menyukai teh jenis apa Lady?”

Rain menyadarinya dengan jelas bukan hal itu yang ingin Azkier tanyakan sebelumnya. Hanya saja ia tidak bisa memastikan dengan pasti apa yang ingin Azkier ketahui dan gali dari dirinya.

Insting Rain mengatakan bahwa pria di depannya ini kini bukanlah pria hangat yang beberapa hari lalu terus menempel padanya dan bersikap baik serta lembut dengannya.

Dirinya juga bukan orang bisa Rain ajak berbicara. Karena instingnya mengatakan bahwa ia harus menghindari hubungan apapun yang berkaitan dengan pria ini.

“Aku baik-baik saja dengan teh jenis apapun,” Azkier hanya mengangguk tanpa menjawab. Hanya ada keheningan yang tersisa hingga akhirnya mereka sampai di ruang makan.

Berbagai hidangan pembuka hingga hidangan penutup di sediakan di atas meja.

“Apa hidangan ini sesuai dengan selera Lady?” tanya Azkier mencoba untuk mencairkan suasana hening yang tercipta dan tidak mengenakkan.

Antagonis Lady [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang