14

347 20 0
                                    


Rain bergegas keluar dari kelas setelah Professor yang mengajar mengakhiri kelas.

“Para Lady itu menyeramkan, lalu kemana aku harus pergi? Sudah waktunya makan siang, sebentar lagi para Lady akan keluar dan pasti mereka akan memojokkan ku ke suatu tempat,”

Rain mendesah, ekor matanya menangkap sesuatu, ia mendongakkan kepalanya menatap gedung-gedung akademi.

Ia baru menyadari bahwa akademi juga memiliki sebuah menara yang di gunakan untuk membunyikan lonceng sebagai tanda bahwa jam-jam tertentu sudah lewat, contohnya saat jam pelajaran berakhir atau saat jam menunjukkan pukul enam pagi dan tengah malam.

Lonceng itu akan berdentang sebanyak tujuh kali di tiap jam yang berbeda.

Rain tersenyum lalu berlari kecil menuju menara yang terletak di selatan gedung. Ia menaiki tangga memutar ke atas yang sempit dan hanya bisa di lewati satu orang.

Rain mengintip dari pembatas menara mengamati orang-orang yang berlalu lalang menikmati jam makan siang. Rain memerosotkan tubuhnya pada pembatas.

“Ah, aku berharap aku bisa membawa Moe masuk ke akademi, aku ingin membelai punggungnya yang lembut,” keluh Rain muram.

Rain menarik lututnya hingga sampai ke dada lalu meletakkan dagu pada lututnya.

Rain menguap beberapa kali lalu memejamkan matanya dan tanpa sadar ia tertidur. Saat ia bangun langit sudah menyemburkan warna jingga dan juga sedikit kemerahan.

Rain menggosok matanya dan meregangkan tubuhnya, lalu dengan terhuyung-huyung ia berjalan turun dari menara itu.

“Ah, aku malah membolos, Professor pasti akan memarahiku besok,” Rain mendengus lalu berjalan melalui lorong-lorong panjang dan kosong.

Terlihat agak menyeramkan karena matahari sudah mulai terbenam dan juga sebagian besar gedung tidak lagi di sinari oleh cahaya matahari.

Rain menghentikan langkahnya di koridor dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.

“Siapa di sana?”

Sunyi. Tak ada sahutan.

“Hm? Mungkin hanya sekedar perasaan ku saja,”

Rain mengendik lalu melanjutkan perjalanan keluar dari akademi dan kembali ke rumahnya.

Rain mengetuk pintu dan menunggu.
Tak lama setelah seorang pelayan buru-buru membuka pintu dan mempersilahkannya masuk.

“Ini sudah sangat larut, mengapa kau baru kembali?”

Rain menegadah dan mendapati ayahnya berjalan turun dari tangga dan menghampirinya.

Ah, aku benar-benar lupa tentang hal ini,’

Rain memutar matanya, “Ah, itu...,” Rain berpikir keras tidak mungkin jika ia akan mengatakan bahwa ia membolos kelas dan tertidur di atas menara kan?

“Aku sedang menyelesaikan tugasku dan kebetulan aku lupa jika hari sudah mulai larut,” Rain menyunggingkan senyum terpaksa.

Marquess Dmitri menatapnya dari atas kebawah lalu mendesah pelan.

“Sudahlah, kembali ke kamarmu. Lain kali jangan melakukan hal seperti ini, jangan mengira jika Yang mulia memujimu artinya kau bisa besar kepala, setidaknya jadikan hal itu untuk terus melakukan prestasi terbaik dan jangan mengecewakan,”

Rain membungkuk. “Aku tahu, maaf Ayah. Maaf karena telah membuat keributan yang tidak perlu, aku akan kembali ke kamarku, selamat malam Ayah.”

Rain merebahkan tubuhnya di ranjang sembari menatap langit-langit lalu mendengus. “Ini benar-benar melelahkan, bahkan lebih melelahkan daripada meracik racun dan belajar sastra,”

Antagonis Lady [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang