10

395 27 0
                                    

Rain mengambil tas kecil yang ia selipkan di bawah pelana Vio lalu membukanya dan mengambil beberapa obat dan perban yang ia bawa dengan sengaja untuk berjaga-jaga.

“Haruskah aku membantumu?”

Rain menoleh dari bahunya, Azkier berada sangat dekat dengannya namun tak cukup dekat untuk menjangkaunya.

“Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri,” kata Rain seraya mendaratkan bokongnya di tanah dan meluruskan kaki seraya melepaskan sapu tangan yang membantunya menghentikan pendarahan.

Ia lalu menyikap celana panjang hingga bawah lutut dan memperlihatkan betisnya yang putih, melihat hal itu Azkier memalingkan wajahnya yang terasa seperti terbakar.

“Anda sangat tidak tahu malu Lady,”

Rain menaikkan sebelah alisnya seraya mendongak menatap Azkier yang masih berdiri seraya berkacak pinggang.

“Aku hanya sedang memberikan obat pada lukaku, lagi pula tidak ada yang spesial tentang hal itu,” Rain berbicara dengan nada ketus.

'Sangat bodoh, bagaimana bisa dia menarik celananya ke atas sementara ada seorang pria dewasa yang tengah berada di dekatnya? Ini pasti akan sangat sulit untuk kedepannya.' Bisik Azkier dalam hati.

Rain meringis menahan sakit di kakinya kala ia mengoleskan salep lalu dengan hati-hati ia membalutkan perban di kakinya.

Setelah selesai ia segera bangkit dan meletakkan tas kecil itu ketempat semula.

“Aku akan pergi, terima kasih atas bantuanmu karena telah menolongku. Aku sungguh berterima kasih, biarkan aku mengundang Anda untuk minum teh di lain hari.”

“Anda sudah akan pergi Lady?”

“Ya, aku sudah mengobati lukaku jadi Anda tidak perlu khawatir lagi Tuan,” jawab Rain. Ia mencoba untuk bersikap ramah.

“Apa Anda yakin akan baik-baik saja?”

Rain mengangguk pelan, “Saya sungguh baik-baik saja,” jawab Rain seraya naik ke atas kudanya.

“Terima kasih atas bantuan Anda Tuan. Kalau begitu saya permisi,” pamit Rain.

Ia segera memacu kudanya meninggalkan Azkier sendirian sebelum pria itu sempat membuka mulutnya untuk bicara.

Azkier menghembuskan napas seraya memandangi sebuah bilah pisau di tangannya, “Padahal aku ingin memberikan benda ini untuknya,”

Ia lalu menatap botol air miliknya yang tergeletak di di tanah seraya menyeringai. “Ah, dia sangat kasar,” Azkier mendesis.

Rain menunggangi kudanya dan masuk lebih jauh ke dalam hutan. Ia tidak boleh kalah hanya karena luka yang tak seberapa ini.

Sangat tidak lucu jika ia harus meninggalkan Akademi sekarang, ia hanya akan menjadi bulan-bulanan Natalia jika gadis itu tahu tentang hal ini.

Ia sudah susah payah merangkak dari kumbangan lumpur dan ia tidak bisa dengan mudah jatuh kembali kedalamnya. Rencananya harus berjalan lancar jika ia ingin segera meninggalkan keluarga itu untuk memulai perjalanan panjangnya.

“Lihat saja, aku tidak akan kalah hanya karena luka seperti ini.Walaupun ini sangat menyakitkan,” Rain merenggut.

“Tidak ada yang boleh berdiri jauh di atas ku karena aku akan menjatuhkan mereka atau dirinya dengan cara apapun. Dan aku sangat benci yang namanya kegagalan. Walaupun hari ini aku benar-benar melakukan kesalahan setidaknya aku beruntung ini hanya sekedar luka ringan yang tak seberapa.” Rain menyeringai.

Rain lalu memelankan laju kudanya dan mendapati bahwa ia sudah masuk terlalu jauh kedalam hutan.

“Lalu aku harus berburu apa di sekitar sini? Aku beruntung karena tidak bertemu gadis itu, aku benar-benar tidak menyukainya,” sungut Rain.

Rain menderapkan kudanya dengan hati-hati karena sepertinya tempat ini bahkan lebih gelap karena tertutup pepohonan besar yang tinggi menjulang.

Rain turun dari kuda dengan hati-hati lalu merogoh tas kecil yang bergantung di pinggangnya untuk mengambil peta dan membukanya.

Peta yang sudah di berikan oleh petugas sebelum mereka memasuki ULFA.

“Well, sepertinya aku mendapatkan sebuah masalah,” Rain menampar keningnya frustasi.

Ia tak menduga jika ia akan memasuki wilayah ULFA yang sebaiknya di hindari.

“Sepertinya Dewi keberuntungan juga tidak akan memihakku hari ini,”
Rain mendengus lalu melipat kembali peta itu dan menyimpannya.

“Lalu kemana kita akan pergi Vio? Jika kita mendapatkan masalah karena aku, kau tidak akan meninggalkanku sendirian, 'kan?” tanya Rain seraya menepuk-nepuk punggung kudanya.

“Baiklah karena sudah seperti ini bagaimana jika kita mencari buah-buahan di sekitar sini? Mungkin saja kita akan mendapatkan hewan buruan lain... Ah,.benar untung saja aku membawa benda itu,”

Tangan Rain bergerak mengambil sesuatu dari tas kecil yang ia bawa di pinggangnya.

Ia lalu mengeluarkan bungkusan kecil lalu membukanya, terdapat beberapa jarum sepanjang jari tengah dengan tebal sekitar dua sentimeter.

“Dengan begini aku tidak perlu membunuh hewan-hewan itu. Membiusnya saja sudah cukup 'kan?” Rain tersenyum miring.

“Lalu haruskah aku mulai berburu?”

Rain menyeringai lalu menarik kekang kudanya mendekati sebuah pohon dan mengikat tali kekangnya di sana.

“Tunggulah disini aku akan segera kembali,” ujarnya. Rain lalu berjalan meninggalkan kudanya dan masuk lebih jauh ke dalam hutan.









Antagonis Lady [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang