Hari ke-4 di RS
*** 08.25 ***
Hari ini aku bangun lebih awal, karena sudah tak sabar untuk melihat wajah cantik dokter tulangku. Tapi ternyata aku harus menelan pil pahit lebih dulu, karena saat pintu terbuka hanya seorang perawat yang masuk. Dia membawa sarapan beserta obat untukku, kemudian dia juga bilang bahwa dokter cantiku tidak bisa memeriksaku pagi ini karena harus menangani pasien darurat.
Jadi dia menugaskan perawat ini untuk menggantikannya hari ini. Seketika aku tertunduk lesu dan tak bersemangat.
Setelah sarapan, aku meminum obat yang sudah di siapkan perawat tadi di kabinet samping ranjang. Dan aku yakin obat itu mengandung Benzodiazepin (jenis obat yang menimbulkan efek samping mengantuk) karena sekarang aku merasa sangat mengantuk.
Entah berapa jam aku tertidur, hingga aku terbangun karena mendengar suara berisik di sekitarku.
Aku membuka mata dengan berat, dan melihat para temanku sedang mengobrol di sekitar ranjang.
"Kamu udah bangun Ji? Kamu membuat aku khawatir" ucap Lisa, sambil mendekat ke arahku, terdengar nada sedih dari suaranya.
"Liat kaki kamu Ji, kayanya kamu bakal pincang deh, tapi aku berharap kamu masih bisa bermain futsal lagi, soalnya nanti bakal ada pertandingan antar kelas, kami enggak mau melewatkannya tanpa kamu" ucap Seulgi sedih melihat kondisiku.
"Aku enggak tau, semoga aja kakiku cepat sembuhnya, aku pengen banget bermain, aku juga udah siapin tenaga buat pertandingan itu, tapi aku malah berakhir disini" ucapku sambil menatap sedih kakiku.
"Ji, kami berdua minta maaf ya, gara-gara kami berdua kamu jadi begini" ucap Wendy dengan wajah bersalahnya.
"Maafin aku juga ya Ji" sambung Ryujin kemudian memeluk badanku.
Aku menatap kedua temanku bergantian, kemudian tersenyum.
"Iya enggak apa-apa kok, aku tau kalian enggak sengaja kan, ini cuma kecelakaan aja" ucapku menenangkan mereka supaya tidak terlalu merasa bersalah.
"Tenang Ji, kami bakalan selalu nemenin kamu. Nanti kalau kamu udah boleh pulang, kita bakal bantu kamu buat terapi kaki. Aku liat dokter tulang kamu juga cantik banget, aku jadi semangat nganterin kamu terapi kalau gini, hahaha" ucap Seulgi mencandaiku aku mengernyitkan dahiku.
Entah kenapa aku kurang suka candaanya tentang dokter itu.
"Dari mana kamu tau dokter itu?" Tanyaku heran pada Seulgi.
"Tadi dia memeriksa kamu waktu kami masuk kesini, kami juga nanya tentang kondisi kaki kamu, terus dia bilang kalau kaki kamu akan kuat karena di pasang pen. Tapi tetap butuh terapi agar kamu terbiasa, wuuuiih dia cantik banget ya, kamu beruntung banget Ji, kayanya aku bakal sering jenguk kamu kesini" ucap Seulgi menjelaskan panjang lebar tapi malah sukses mendapat jitakan dari Lisa.
"Kebiasaan nih matanya, enggak bisa banget liat perempuan cantik. Aku laporin Irene juga nih" ancam Lisa pada seulgi setelah menjitak kepalanya.
"Aaww.. Dih Mainnya aduan" ucap Seulgi memajukan bibirnya sambil mengusap-usap kepalanya sendiri.
Sebenarnya aku juga sedikit jengkel pada Seulgi, tapi aku juga bahagia karena mempunyai teman yang sudah seperti saudara denganku, mereka selalu ada untuk menemaniku, bahkan di saat kondisiku seperti ini.
Cukup lama mereka di sini, menghiburku yang sangat bosan hanya berdiam diri di ranjang dan sulit untuk bergerak saat ini, hingga akhirnya mereka pamit untuk pulang.
•
•
•
*** 15.18 ***
KAMU SEDANG MEMBACA
♡ Typa Girl ♡ • [JENSOO] •
Fiksi PenggemarCinta pertama anak SMA & Dokter Spesialis Tulang