*** 13.20 ***
Cukup lama aku dan Lisa berbincang di teras belakang, dan sekarang kami memutuskan untuk kembali keruang tamu.
Aku melihat teman-temanku yang lain sedang bermain game di laptop, Kak IU dan kekasihnya juga sedang berbincang dengan Ayah dan Bunda.
Mereka melihatku masuk dan menyuruhku untuk duduk bergabung.
Aku duduk di samping Ayah dan mengambil posisi meluruskan kakiku.
"Ji, kamu keliatan gelisah. Apa kamu lagi ada masalah? pas di kamar tadi kamu keliatan semangat" ucap Kak IU memberondongku dengan pertanyaan.
"Enggak kok, Kak. Maaf aku tadi langsung pergi tanpa berpamitan, aku lagi enggak selera makan" jawabku terpaksa berbohong.
Aku memandang sekeliling mencari sosok yang memenuhi pikiranku akhir-akhir ini.
"Kalau kamu mencari Jennie, dia udah pergi dari tadi. Dia dapat panggilan darurat dari rumah sakit. Bahkan dia enggak nyelesain makan siangnya" Ucap Kak Jun kekasih kak IU, aku sedikit terkejut karena dia bisa menebak apa yang aku cari.
Bagaimana dia bisa tahu? Dia baru saja datang kemari hari ini, aku meliriknya dengan heran.
"Dia benar-benar dokter yang cerdas, sungguh mengejutkan dia bisa menyelesaikan study spesialisnya di usia yang semuda itu" ucap Ayahku tiba-tiba.
Aku hanya mengernyitkan dahiku, tidak biasanya Ayahku mengucapkan rasa kagum pada seseorang, dia adalah pribadi yang kaku dan jarang memuji.
Dan sekarang.. dia memuji dokter Jennie, what's wrong with him?!
Aku masih memandang aneh pada Ayahku, saat tiba-tiba Kak Jun mengatakan sesuatu.
"Dia masuk university di tahun keduaku, dan aku dengar dia mendapatkan beasiswa karena kemampuannya, dan menurut kabar yang aku dengar juga dia selalu mengikuti kelas akselerasi saat di sekolah, itu sebabnya dia bisa mengejar study spesialisnya di usia yang masih begitu muda, aku rasa dia masih 20 tahun waktu itu.. sayangnya, kami tidak terlalu lama berada di kelas yang sama, di tahun keduanya dia sudah pindah ke Seoul university dan lulus ditahun itu pula, aku rasa dia benar-benar hebat" Cerita Kak Jun, sukses membuat Ayah, Bunda dan Kak IU terhenyak dan berdecak kagum.
"Ayah kenal sama Ayahnya, dia adalah seorang dewan daerah dan juga seorang mentor di partainya, mungkin kecerdasan anaknya adalah faktor genetik. Wahh mereka benar-benar hebat" ucap Ayah, Lagi-lagi Ayah menyanjungnya.
Apa-apaan ini!! Aku tidak sanggup lagi mendengar pembicaraan mereka, entah mengapa setiap mendengar namanya di sebut, aku selalu merasakan sesak di dadaku. Aku berdehem pelan dan menepuk dadaku.
Well.. sebaiknya aku segera meninggalkan obrolan ini dan bergabung bersama teman-temanku, aku butuh waktu bermainku bersama mereka dan melupakan masalahku beberapa saat.
Aku meraih tongkat elbowku dan mencoba untuk berdiri.
"Aku mau nemenin Lisa sama yang lainnya dulu ya" aku pamit pada mereka, nada bicaraku terdengar sangat menyedihkan, meskipun aku sudah berusaha membuatnya terdengar baik.
"Oh ya Ji, Kakak Lupa. Tadi Jennie nitipin sesuatu sama aku, dia bilang itu buat kamu. Sebenernya dia mau kasih setelah kita selesai makan tapi dia malah dapat telpon darurat itu. Ini, terimalah" ucap Kak IU sambil menyerahkan bingkisan, itu sedikit besar dan cukup berat.
Aku menaikan alisku saat menerima bingkisan itu.
"Ini buat aku??"
Aku sedikit tidak percaya dokter Jennie memberiku sesuatu. Dia tidak berbuat salah kepadaku, yah meskipun aku sedang kecewa padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
♡ Typa Girl ♡ • [JENSOO] •
Fiksi PenggemarCinta pertama anak SMA & Dokter Spesialis Tulang