• 7 •

1.8K 295 40
                                    

Minggu Siang,


*** 11.13  ***



Kami bertiga memutuskan untuk pulang, Lisa mendorongku di kursi roda karena jarak ruangan perawatanku dan parkiran cukup jauh jadi tidak memungkinkanku untuk berjalan meskipun menggunakan tongkat, bisa-bisa bahuku ikut dislokasi (kondisi di mana tulang bergerak menjauh dari sendi atau pindah dari posisinya)  karena menyangga bobot tubuhku sejauh itu.

Di perjalanan Kakakku dan Lisa sibuk dengan ponselnya, sedangkan aku sibuk mengedarkan pandangan ke kiri dan kanan mencari sosok dokter Jennie.

Aku sangat ingin bertemu dengannya, aku merindukannya, aku ingin mengucapkan salam perpisahan padanya.

Aku sangat kecewa saat kami sudah berada di lantai satu, itu artinya sebentar lagi kami akan sampai di luar rumah sakit dan itu tandanya sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengannya disini.

Aku menudukan wajahku, aku sangat ingin sekali bertemu dengannya.

Tiba-tiba..

"Ehh, dokter Jennie" aku sangat terkejut mendengar sapaan itu.

Kakakku memanggil dokter Jennie saat melihatnya sedang mengobrol dengan seseorang di dekat meja resepsionis. Aku langsung memutar kepalaku untuk melihatnya.

Aku melihat dia menoleh ke arah kami dan melambaikan tangan, telunjuknya mengarah ke atas membentuk angka 1 memberi isyarat pada kami untuk menunggunya sebentar.

Dia berbicara pada orang itu, dan segera menghampiri kami.

"Udah mau pulang ya?" Ucap dokter Jennie menatap kami sambil tersenyum, sama sekali tidak terpancar raut muka sedih di wajahnya. Aku memandangnya dalam diam.

"Iya, dok. Bunda udah nunggu di rumah" jawab Kakakku membalas senyuman dokter Jennie, dan mengarahkan pandangan padaku dan Lisa.

"Tunggu di sini, aku mau ngambil mobil" perintah Kakakku, kami berdua mengangguk.

"Dokter, saya permisi dulu" Pamit Kakakku pada Dokter Jennie dan dia mempersilahkan.

Aku menatap dokter Jennie yang memandang kepergian kakakku, tapi pandanganku justru terpaku padanya. Saat dia melihatku, pandangan kami bertemu.

"Aku harap kamu menjaga kaki kamu dengan tidak banyak melakukan aktifitas yang memberatkan, kamu harus berjuang untuk pertandingan kan" dia tersenyum saat memulai pembicaraan denganku, aku tetap diam, lidahku tidak mau aku gunakan untuk bicara.

"Bagaimana dokter bisa tau soal event itu?" Ucap Lisa menyela, aku melirik Lisa yang sedang terfokus menatap dokter Jennie, sedetik Lisa menatapku dan mengedipkan matanya padaku, aku yakin dia merencanakan sesuatu.

"Jisoo yang bilang sama aku, dan aku menyemangatinya agar dia bisa mengikuti acara itu. Apa kamu juga ikut?" Ucap dokter itu fokus menatap Lisa, tapi aku lihat dia sesekali melirik ke arahku juga.

Aku seperti penonton yang hanya bisa melihat pembicaraan Lisa dan dokter Jennie tanpa ikut berbaur dalam obrolan tersebut.

Hatiku terasa campur aduk, ingin sekali aku menyeretnya ketempat sepi dan berbicara berdua, hanya aku dan dokter Jennie.

"Dokter, boleh enggak aku minta nomor hp kamu?" Ucap Lisa pada dokter Jennie dengan berani, aku melotot pada Lisa setelah mendengar permintaan lancang Lisa.

"Sialan si Lisa" batinku sambil mengeratkan gigiku.

Dokter Jennie mengernyitkan dahinya heran, dan melirikku.

"Okey.. tapi untuk apa?" Dia bertanya pada Lisa dengan sedikit ragu, Lisa melirikku dengan tatapan iblis, aku masih diam sambil memperhatikan tingkah laku Lisa.

♡ Typa Girl ♡  • [JENSOO] •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang