*** 18. 28 ***
"Kenapa kalian berisik banget, ini rumah sakit bukan mall" bunda melihat kami semua dan terfokus pada kasurku yang penuh dengan bungkusan snack, pizza dan kaleng minuman soda.
Bunda mendekat ke arahku dan langsung menjewer telingaku.
"Kamu ini, bunda sedih dapet kabar kalau kaki kamu sakit lagi, bunda buru-buru kesini buat liat kamu, soalnya bunda pikir kamu lagi tersiksa kesakitan. Tapi bunda malah liat kamu ketawa-tawa dengan kamar berantakan makanan kaya gini. Kamu perlu di hukum Jisoo!!" Omel Bunda dengan tangan masih menjewer telingaku.
"Aduuuhh.. Bun.. bundaa ini sakit bangeettt" aku mengusap telingaku yang terasa sakit dan panas, dan aku yakin sekarang pasti sudah memerah karena jeweran bunda.
"Terusin aja tante, dia emang pantes di hukum. Tadi dia yang nyuruh kami bawa semua makanan ini" ucap Lisa berbohong dan sukses membuat Bunda semakin emosi.
Aku melirik Lisa yang sedang menjulurkan lidah padaku dan saat itu pula aku langsung melemparkan sekaleng cola padanya.
"Sialan kamu ya!" Makiku pada Lisa, ternyata Lisa lolos dari leparanku dan sekarang dia menertawakanku dengan wajah menyebalkannya.
"Udah berenti, kalian kaya anak SD aja. Bun, tadi aku yang bawa semua makanan ini, soalnya mereka bilang mau jenguk Jisoo sama aku" akhirnya Kak IU menjelaskan sebelum bunda menghajarku lagi.
Aku melirik dokter Jennie yang menahan tawa di samping Bunda, mungkin dia senang melihat aku di jewer bunda. Aku memasang wajah kesalku padanya, tapi justru dia makin tertawa.
"Kenapa dia makin cantik saat tertawa!!" Teriakku dalam hati.
"Oh maaf dokter, saya lupa kalau ada dokter disini. Maafin kelakuan Jisoo dan teman-temannya ya, dok. Mereka emang selalu membuat masalah" ucap Bunda sambil mempersilahkan dokter Jennie mendekatiku.
"Kakinya sudah saya berikan Gel untuk menutup lukanya, dan dia tadi sudah meminum obat. Mungkin sekarang sudah hampir tidak terasa sakit lagi, iya kan, Jisoo" ucapnya, dia memandangku dan senyummya!!
Aku merasakan wajahku lumpuh, aku tidak bisa mengeluarkan suaraku!!
Dokter Jennie menyentuh lukaku, pelan tapi sedikit tegas, tapi aku sudah tidak merasakan sakit seperti tadi siang.
"Aku udah lebih baik" ucapku pada akhirnya.
"Bagaimana nyonya, apakah ada yang perlu di tanyakan? Tanyanya sopan, bunda menggeleng pelan.
"Oh sudah dokter, saya sudah mengerti saya minta maaf sudah mengganggu waktumu" ucap bunda sambil tersenyum, dan dibalas senyuman ramah dokter Jennie.
"Tidak masalah nyonya, anda bisa menghubungi saya via chat atau telpon jika anda membutuhkan sesuatu, saya permisi dulu" pamitnya dan tersenyum pada semua orang di ruangan, kecuali aku.
Aku masih menatapnya, melihat punggungnya yang berjalan menjauh meninggalkannku dan menghilang di balik pintu, aku masih mengharapkan dia menatapku, tapi nihil. Aku sedikit kecewa melihatnya pergi begitu saja.
"Besok hari minggu, gimana kalau aku nginep disini nemenin kamu? Aku bisa bawa laptop dan stik PS. Kita bisa main game sampe pagi" aku melirik Lisa dan tertarik pada tawarannya.
"Ide bagus, aku juga enggak kesepian jadinya" aku menghilangkan bayang-bayang dokter Jennie tadi.
Mungkin dengan bermain bersama semalaman bersama Lisa bisa membuat moodku membaik.
Para sahabatku dan Kak IU berpamitan pulang setelah kami memgobrol lama, Bunda Juga ikut pulang karena dia tau Lisa yang akan menemaniku malam ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
♡ Typa Girl ♡ • [JENSOO] •
FanfictionCinta pertama anak SMA & Dokter Spesialis Tulang