•
•
*** 12.15 ***
Selepas mengantarkan Dokter Jennie dan Kak IU, kami bertiga memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum itu aku dan Lisa mengantarkan Bunda dahulu ke rumah karena ia akan menghadiri suatu acara bersama Ayah.
Aku dan Lisa tidak kembali ke sekolah tapi aku mengajak Lisa untuk pergi kerumah sakit, aku ingin memeriksa kakiku.
Saat tiba di rumah sakit, kami langsung menuju ruang praktek orthopaedic dan mendaftar.
Ketika kami sedang menunggu panggilan, secara tidak sengaja aku bertemu dengan pria yang kuhajar tadi malam. Dia menatapku dengan pandangan kaget, akupun balas menatapnya dan memutuskan untuk menemuinya.
"Ngapain kamu disini?" Katanya heran.
"Aku lagi mau periksa kakiku, apa kamu baik-baik aja. Maaf buat yang semalam" kataku padanya, aku lihat sudut bibir dan rahangnya membiru. Pukulanku sepertinya cukup bagus menempel di wajahnya.
"Kamu liat mukaku, apa aku keliatan baik baik aja?" Ucapnya sedikit emosi dengan menujuk area wajahnya yang membiru.
"Aku dokter disini" tambahnya sinis, tapi aku tidak menanggapinya.
"Sebenarnya kamu sama dokter Jennie ada hubungan apa?" Tanyaku to the point,
Dia terdiam sejenak dengan pertanyaanku, dan menarik napas dalam.
"Aku suka sama Jennie, tapi dia enggak suka sama aku. Kita pernah punya hubungan, tapi aku tau, dia cuma jadiin aku sebagai tameng agar dia terlihat menjalin hubungan dengan seorang pria yang mapan, dan kecurigaan aku benar, kamu terlihat seperti pacarnya yang asli, padahal kalian sama-sama perempuan" katanya skeptis,
Aku mendengarkan setiap perkataannya meskipun dengan tangan menggenggam tongkat elbow dengan keras untuk sekedar mereda emosiku.
Dia menarik napas pelan sebelum melanjutkan pembicaraan.
"Aku dan Jennie, kita adalah rekan kerja. Dia orthopaedic (dokter tulang) dan aku neurosurgeon (dokter saraf) dan itu yang membuat aku jatuh hati padanya karena dia cantik dan cerdas. Hanya saja dia sangat dingin sama aku. Aku mengejar dia tapi dia enggak pernah menghiraukanku. Hingga suatu saat dia bertengkar dengan orang tuanya, dia meminta aku untuk berpura-pura menjadi pacarnya agar orang tuanya enggak menyudutkan dia terus.
-Aku langsung menyutujuinya waktu itu karena aku suka banget sama dia. Tapi tetap aja, hubungan pura-pura itu beda sama hubungan asli. Kita emang dekat dan romantis di depan banyak orang, tapi di belakang itu dia tetap dingin sama aku. Hingga beberapa minggu lalu dia nyuruh aku buat menghentikan semua drama ini entah karena apa. Tentu aja aku nolak, hubungan itu adalah satu-satunya cara untuk aku dekat sama dia. Jadi aku memintanya untuk memikirkan lagi tentang semua ini dan memintanya untuk menjalin hubungan asli dengan aku. Dan dia menolak tapi enggak pernah memberiku alasan yang logis, hingga tadi malam kamu memukulku dan memberiku kejelasan tentang semua ini" katanya panjang lebar.
Aku salut padanya, ketegarannya menceritakan tentang ini padaku. Sedikit emosi dan kadang terdengar kasar, tapi itu adalah kata-kata jujur yang di ucapkan seorang pria yang sedang patah hati.
Kami berdua berbincang cukup lama, hingga Lisa menemuiku dan mengatakan aku harus masuk ruang pemeriksaan.
"Aku juga harus pergi, siapa nama kamu?" Tanyanya.
"Aku, Jisoo" jawabku singkat.
"Aku Leo. Well, oke Jisoo, selalu jaga dia ya. Senang bertemu denganmu" ucapnya dan menjabat tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
♡ Typa Girl ♡ • [JENSOO] •
FanfictionCinta pertama anak SMA & Dokter Spesialis Tulang