• 30 •

2K 233 80
                                    

Besok harinya.


*** 10.18 ***


Sejak tadi pagi, Kami sudah duduk berkumpul di sebuah ruangan besar, sebuah aula pemakaman milik rumah sakit.

Aku, lebih tepatnya teman-temanku sedang menikmati makanan yang di sediakan di sana.

Aku tengah memperhatikan para pelayat yang datang memberikan penghormatan pada almarhum dengan membakar dupa atau meletakan bunga krisan di dekat peti. Setidaknya terakhir kali sebelum dia di kremasi.

Ya, Rosie meninggal.

Dia terlalu banyak kehilangan darah, jantungnya sudah sangat lemah saat dia masuk emergency room. Bahkan, alat kejut jantung pun tak sanggup mengembalikan detak jantungnya kembali.

Tuhan lebih menyayanginya dan merindukan dia untuk segera duduk di sisi-Nya dengan bahagia.

Aku mengusap kemeja hitamku yang sedikit basah karena tetesan air mata yang menetes saat aku berkedip, kemudian membuka kacamata hitamku. Mataku sembab, tapi biarkan saja!!

Aku melewati dua hari ini dengan menangis tanpa tidur, aku kehilangan gadisku, dia adik sekaligus teman yang sangat luar biasa. Dan kami sudah mengetahui penyebab tentang kematiannya.

Saat itu kami sedang berkumpul di depan ruangan emergency, dokter Jennie keluar dari ruangan itu dengan wajah pucat, penuh darah di bajunya, aku yakin dia tidak sempat memakai baju khusus untuk operatie khamer (baju khusus untuk operasi, biasanya berwarna hijau atau biru) dan langsung menangani Rosie.

Dia begitu pucat dan gemetar, aku menggengam tangannya. Aku sangat panik, aku ingin memaksanya untuk segera mengatakan bagaimana kondisi temanku itu.

"Cepat katakan, bagaimana kondisi Rosie?" Ucapku agak meninggi, kerena tak sabaran aku tidak sadar sedikit membentaknya.

Aku dan semua yang ada di sana sangat panik menunggu hasil pemeriksaan terhadap Rosie.

"Rosie meninggal, jantungnya berhenti . Dia kehilangan sangat banyak darah. Aku sudah melakukan semuanya, semua dokter dan team sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengembalikan keselamatannya. Dia mengalami Hypovolemic shock (kondisi dimana pasien kehilangan 40% darah dari tubuhnya) dia benar-benar tidak bisa bertahan, dan aku menemukan ini di saku baju yang dia pakai" ucap dokter Jennie lalu menunjukan sebuah catatan kecil.

Aku tidak punya tenaga untuk meraihnya, bahkan aku sampai terduduk lemas, semua tulang seperti lolos dari tubuhku.

Ayah Rosie histeris, dia sangat terkejut mendengar kabar duka tentang putrinya. Dia menangis meraung menyebut nama Rosie terus menerus hingga dokter Jennie memanggil beberapa suster pria untuk memegangi dan menenangkannya.

Saat aku masih shock, entah kenapa aku ingin sekali membaca catatan kecil itu, dan disanalah semua cerita tergambar.

Leo memerasnya, karena Leo pernah mengajaknya tidur bersama saat Leo membuatnya mabuk suatu hari dan memotret Rosie dalam keadaan sedang berantakan bahkan setengah telanjang. Dan itu cara dia memeras Rosie agar mau mengikuti intruksinya membuat aku dan dokter Jennie berpisah.

Leo sangat terobsesi dengan dokter Jennie, hingga membuatnya gila seperti itu.

Kemudian aku langsung memanggil polisi, mereka datang dan kami menyelesaikan pelaporan terhadap Leo dengan cepat.

Pasukan polisi segera bergerak mencari keberadaan Leo, sebelum dia melarikan diri dan menghilangkan barang bukti.

Aku bersyukur tidak membunuhnya kemarin, aku hanya memberikannya sedikit pukulan yang membuatnya harus kehilangan beberapa gigi dan sedikit patah di rusuknya.

♡ Typa Girl ♡  • [JENSOO] •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang