• 17 •

1.7K 264 107
                                    









*** 19.12 ***




Aku mencari sosok Kakakku yang tidak tampak di sana, dan aku mulai duduk di kursi tunggu. Kakiku sangat lemah bahkan untuk sekedar berdiri sedikit lebih lama.

Dan saat itu lah dia menyadari kehadiranku.

Dia melihatku sedikit terkejut karena ada aku disini.

Ya, aku disini. Berada di satu tempat yang sama dengannya.

Menatapnya sedang berkumpul berdiskusi dengan rekan sejawatnya dan duduk fokus menantikan dia bahwa aku menunggunya dari tadi.

Dia melirikku sejenak dan kemudian berjalan masuk lagi ke dalam ruangan itu.

Baiklah, mungkin memang aku harus menahan rasa sesak di dadaku sejenak.

30 menit berlalu, aku mulai bosan duduk di sini dan memberanikan diri bertanya pada resepsionis tentang posisi kafetaria di rumah sakit ini.

Aku ingin mengajak Lisa, tapi aku lihat dia sedang tidur bersandar di sudut sofa itu.

Ahh.. biarkan aku tinggalkan saja dia disini, dia terlihat lelah.

Aku berjalan kearah lift untuk naik menuju cafetaria di lantai 3. Setelah sampai di lantai yang ku tuju, aku sempat melebarkan mataku saat melihat bagaimana keadaan cafe itu.

Ini tidak seperti rumah sakit, ini sebuah Restoran yang di dekorasi romantis, dengan lukisan bunga dan wallpaper yang sangat mewah.

Oke, sepertinya duduk di outdoor bisa membuatku sedikit menghilangkan nervous di dadaku.

Aku memesan latte, dan bertanya apa aku bisa mendapatkan beberapa lembar kertas dan pensil pada seorang pramusaji yang memandangku dengan alis terangkat tapi tanpa berkata apapun.

Aku duduk di sudut jauh dari keramaian.

Angin menerpa wajahku, terasa segar dan hangat karena terik sepanjang hari.

Tak butuh waktu lama saat latteku datang bersama pesananku yang lain.

Aku menyesap latteku. Terasa pahit seperti biasa, dan kemudian aku raih pensil itu, otakku terlalu penuh dan butuh penyaluran.

Pensil dan kertas..

Aahh.. ini benar-benar pas dengan kondisiku saat ini. Aku mulai mencorat-coret kertas itu, menuangkan semua isi kepalaku, aku hanya butuh waktu sedikit hingga aku lihat kertas itu tampak kotor dengan semua coretanku.

Aku panggil pramusaji dan memberinya intruksi.

Aku mengambil ponselku dan menelpon Kakakku.

"Kak, aku di caffe. Kaki aku sakit, kita makan di sini aja. Lisa di lobi lagi tidur di sofa tolong Kakak bangunin dia" ucapku dan mematikan panggilan telponku.

Aku menatap keluar caffe itu.

"Semua harus di pastikan hari ini, jadi aku bisa mengatur posisi aku. Apa aku harus mundur atau maju buat dia" gumamku









10 menit berjalan, aku masih merenung tentang apa yang terjadi setelah ini. Aku akan berusaha siap untuk menerima segala konsekuensi dari apa yang akan ku katakan padanya. Aku tahu posisi ini sulit tapi aku akan menerimanya.

Aku masih diam menatap latteku yang sekarang sudah dingin di terpa angin saat tiba-tiba Kak IU menepuk pundakku.

Aku menatap padanya dan melihat Lisa, Kak Jun kekasih Kak IU dan juga Dokter Jennie yang berdiri menunduk ragu tidak melihatku.

♡ Typa Girl ♡  • [JENSOO] •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang