Bab 13

7.5K 347 7
                                    

Aluna berjalan gontai di bawah guyuran hujan yang membuat pakaian nya yang sudah basah karena kejadian di danau tadi menjadi semakin basah serta wajah nya yang sangat terlihat pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aluna berjalan gontai di bawah guyuran hujan yang membuat pakaian nya yang sudah basah karena kejadian di danau tadi menjadi semakin basah serta wajah nya yang sangat terlihat pucat. Namun ia merasa bersyukur karena telah  turun hujan saat ini yang mampu menyamarkan air matanya sehingga tak ada yang tau kalo saat ini Aluna sedang menangis.

" Sebenci itu kah kak Jesselyn sama aku sampai-sampai kak Jesselyn melakukan hal seperti tadi."

" Padahal kak Jesselyn tau betul kalo aku dari kecil gak bisa berenang tapi dengan sengajanya kak Jesselyn dorong aku ke danau."

" Seharusnya tadi Kak Gara gak usah tolongin aku dan biarin aku mati tenggelam. Mungkin dengan aku mati semua keluarga ku akan bahagia. Aku hanya menjadi parasit diantara keluarga ku hiks aku hanya pembawa sial untuk keluarga ku hiks." Ucap Aluna yang sudah menjatuhkan dirinya ke atas tanah sambil meraung mengeluarkan isi hatinya. Ia sudah tidak tahan saat ini ingin rasanya ia menceritakan kegelisahan hatinya ini tapi ia tidak mempunyai sosok seseorang yang dapat mendengar kannya. Maka dengan seperti ini lah ia meluapkan segala amarahnya menangisi kisah hidupnya tanpa ada satu orang pun yang tau.

" Kenapa dunia ini sangat kejam untukku, kenapa aku tidak mati saja bukankah semua orang tidak menginginkan keberadaanku. keluargaku bahkan suamiku sendiri membenciku tak ada didunia ini yang menginginkanku ada! hiks."

" Aku ingin mati saja! hiks."

" Mah Luna pengen ketemu mamah. Bawa Luna pergi dari sini mah! hiks"

Aluna pun bangkit melanjutkan langkahnya ia ingin menemui ibunya. Ia akan pergi ke makam ibunya. Sudah lama ia tidak ke makam sang ibu.

Disinilah sekarang Aluna berada yang tengah memeluk erat sebuah batu nisan tanpa menghiraukan hujan yang sedari tadi mengguyur tubuhnya.

" Mah hiks maafin Luna karena baru datang lagi kesini hiks."

" Mah Luna ini anak pembawa sial ya mah? Ayah, kak Juan, dan kak Jesselyn selalu bilang aku anak pembawa sial, karena aku mereka harus kehilangan mamah."

" Mah kenapa dulu mamah harus ngorbanin nyawa mamah buat Luna kenapa mamah gak gugurin Luna aja waktu itu supaya Luna gak lahir kedunia ini dan kalo Luna gak lahir pasti saat ini mamah masih hidup dan bahagia bersama ayah dengan Kak Juan dan Kak Jesselyn."

" Mah mereka benci Luna mah! Mereka selalu menyiksa Luna! Mereka ingin Luna mati mah!"

" Tapi kenapa hiks aku gak bisa membenci mereka. Rasa sayang Luna lebih besar dari rasa sakit yang selalu mereka torehkan kepada ku hiks."

" Mah apa bisa ayah dan kakak menyayangi Aluna hiks."

" Mamah doain Aluna ya supaya Aluna bisa buat ayah dan kakak sayang sama Aluna."

" Oh iya mah Aluna sekarang sudah menikah dengan pria yang sangat tampan. Awalnya aku tidak mencintainya tapi sekarang sepertinya aku mulai ada perasaan sama dia walaupun aku masih ragu itu adalah perasaan cinta atau bukan."

ALUNA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang