kisah seorang gadis yang tak pernah diharapkan keberadaannya oleh keluarga, gadis yang harus merelakan kekasihnya untuk kakak kandungnya sendiri, serta ia harus rela menerima perjodohan dari seorang pria yang menikahinya hanya sekedar untuk balas de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Ayah minta maaf tidak bisa membuat mu bertahan hidup, maafkan ayah belum bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Pasti sekarang kau sudah bahagia di atas sana kan? Semoga kamu tenang di atas sana, ayah sangat menyayangi mu." Pradipta mengusap batu nisan putrinya. Menatap penuh duka pada gundukan tanah di depannya. Rasanya begitu sesak karena kehilangan salah satu putrinya.
Ia juga menatap pada makam yang baru genap satu Minggu itu, tepat di samping makam sang putri.
" Ayah memaafkan mu Sagara, bagaimanapun kau juga adalah bagian dari keluarga ku dan kau adalah pria yang sangat di cintai dengan tulus oleh putri ku, namun dengan brengsek nya kau tidak pernah melihat itu. Bahkan sampai akhir hidup mu kau tak pernah mencintai putri ku—Jesselyn. Namun aku tetap memaafkan mu walau kau tak pernah meminta maaf padaku. Semoga kau tenang di atas sana."
" Sebenarnya kakak tidak rela kamu meninggalkan kita secepat ini, tapi memang ini sudah takdirnya. Kakak harap kamu bahagia disana, kakak sangat menyayangi mu." Ada rasa tak rela dalam hati Juandra melihat adik nya yang sangat ia sayangi itu pergi begitu cepat, namun itu diluar kuasanya ia tidak bisa merubah takdir seseorang.
" Arghh bolehkah aku membenci mu?" Tanya Juandra pada makam Sagara.
" Tapi rasanya tidak pantas bukan menaruh rasa benci pada seseorang yang telah mati?" Lanjutnya.
" Rasanya ingin sekali membencimu namun itu hanya akan sia-sia saja, aku memaafkan mu walaupun kau telah membuat adikku pergi selamanya. Bagaimana pun kau pernah menjadi satu-satunya harapan untuk dirinya tetap hidup. " Amira mengusap pundak sang suami.
Setelah menghabiskan puluhan menit mereka pun memutuskan untuk pulang, namun tidak dengan Savian yang memilih untuk tetap disini.
Savian menghampiri makam Sagara. Ia menatap nanar kearah makam itu.
" Sagara apa lo puas sekarang?" Tanyanya.
" Gue akui gue memang salah, seharusnya dulu gue gak perlu menyalahkan lo atas kepergian nyokap gue dan berakhir membenci lo. Namun di sisi lain gue juga berterimakasih sama lo, karena lo gue bisa mengenal Aluna—perempuan yang telah membuat gue tau apa itu cinta, perempuan yang membuat gue selalu jatuh cinta di setiap detiknya. Maaf udah rebut dia dari lo." Ucap Savian.
" Tapi disisi lain gue juga benci sama lo, lo yang udah buat bokap gue pergi, dan lo juga yang udah buat perempuan yang gue cintai terluka. Huh kalo lo masih hidup mungkin gue udah pukul lo sampe bonyok, ya tapi sayang lo udah keburu mati. Gue minta maaf untuk semua kesalahan gue sama lo, gue juga udah maafin lo. Gue harap lo tenang di atas sana." Lanjut Savian dan pergi meninggalkan pemakaman.
🍂🍂🍂
Savian berjalan di koridor rumah sakit dengan bucket Blue Rose di tangan nya.
Setelah sampai di salah satu ruangan rawat VIP, Savian membuka pintu ruangan itu, dan melangkah masuk ke dalam.
Dilihat nya ada seorang wanita cantik yang sedang terlelap di sana.