Bab 14

7.8K 322 8
                                    

" Aluna!" Savian langsung menghampiri Aluna yang sudah tergeletak di lantai dengan wajah yang sudah pucat pasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Aluna!" Savian langsung menghampiri Aluna yang sudah tergeletak di lantai dengan wajah yang sudah pucat pasi. Ia menggendong Aluna membawanya ke kamar gadis itu.

Setelah meletakkan Aluna di ranjangnya. Ia langsung mencari ponselnya.
" Arghhh di mana sih benda itu!" Kesal Savian Karena kesusahan menemukan ponselnya. Setelah mendapatkan benda itu ia langsung menelpon dokter pribadinya.
" Cepatlah datang ke rumahku!"Ucap Savian yang langsung menutup sambungan telponnya.

Sedari tadi Savian tidak berhenti mengumpat karena sang dokter belum juga datang.
" Arghhh di mana sih dokter sialan itu, kenapa belum datang juga!" Ucap Savian. Entahlah kenapa dirinya ini sangat emosi berlebihan seperti ini.

Setelah tiga puluh menit berlalu datang lah seorang dokter yang sedari tadi Savian tunggu.
" Tuan siapa yang sak__" belum sempat dokter itu melanjutkan perkataannya Savian terlebih dahulu memotongnya.

" Jangan banyak bicara! Cepat ikuti aku!" Ucap Savian yang langsung beranjak pergi menuju kamar Aluna.

" Cepat periksa keadaannya!" Ucap Savian ketika dirinya sudah sampai di dalam kamar Aluna. Ia dapat melihat Aluna yang sekarang tengah terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Hatinya sedikit berdenyut melihat keadaan Aluna sekarang.

Setelah beberapa menit akhirnya dokter telah selesai memeriksa Aluna. Melihat dokter yang sudah keluar dari kamar Aluna Savian langsung menghampiri dokter tersebut.

" Bagaimana keadaannya?" Tanya Savian setenang mungkin ia tidak mau terlihat khawatir dengan keadaan Aluna.

" Dia demam suhu badannya sangat tinggi, ia juga sepertinya kelelahan dan stress sepertinya ia sedang banyak pikiran. Sebaiknya dia beristirahat untuk beberapa hari." Ucap sang dokter menjelaskan bagaimana keadaan Aluna pada Savian.

" Baiklah, kau boleh pergi sekarang." Ucap Savian. Setelah itu dirinya langsung masuk kedalam kamar Aluna.

Ia berdiri di samping ranjang Aluna. Ia memerhatikan Aluna yang saat ini masih terpejam. Ia merutuki dirinya karena terlihat seperti sangat khawatir dengan keadaan Aluna. Bahkan saat ia melihat Aluna tergeletak tadi entah kenapa seluruh tubuhnya terasa lemas dan jantung nya seperti akan merosot kebawah bahkan tubuhnya sampai bergetar ketika menggendong Aluna tadi. Entahlah ada sedikit rasa bersalah pada dirinya karena membuat Aluna seperti ini. Tapi Savian tetap lah Savian yang selalu menepis pikiran seperti itu. Seharusnya ia tidak mera bersalah karena hal ini bukankah tujuannya menikahi gadis itu untuk menyiksanya kenapa sekarang ia merasa bersalah dan seakan-akan mengkhawatirkan nya. Tidak ia tidak boleh merasa seperti itu.

Ditariknya sebuah kursi yang berada di depan meja rias Milik Aluna ke samping ranjang Aluna. Ia mendudukkan bokongnya di atas kursi .

" Dasar gadis lemah, kayak gini aja udah pingsan!" Ucap Savian kepada Aluna yang masih asik memejamkan matanya.

" Lo tuh nyusahin tau gak!" Sambung Savian.

" Lo udah ganggu waktu tidur gue tau gak!"

" Arghh lo tuh kenapa sih seneng banget diem diotak gue."

ALUNA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang