kisah seorang gadis yang tak pernah diharapkan keberadaannya oleh keluarga, gadis yang harus merelakan kekasihnya untuk kakak kandungnya sendiri, serta ia harus rela menerima perjodohan dari seorang pria yang menikahinya hanya sekedar untuk balas de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah kejadian tadi Aluna terus saja menangis merasa bersalah akan keadaan Jesselyn sekarang.
" Lun sudah ya jangan menangis terus kasihan bayi kamu." Ucap Amira mencoba menenangkannya Aluna.
" Tapi ini semua salah aku kak hiks kalo bukan karena aku kak Gara gak akan pergi dan kak Jesselyn gak akan kayak gini."
" Ini bukan salah kamu Lun kamu jangan nyalahin diri kamu."
" Kak Aluna jangan nangis terus nanti dede bayinya ikutan nangis." Ucap Sheyra yang sedari tadi diam menyimak dan menghampiri Aluna untuk mengusap air mata yang membasahi pipi Aluna.
" Iya makasih Shey."
" Kalo begitu kak Aluna sudah dong menangis nya."
" Ada apa kenapa tadi ribut sekali?" Tanya Pradipta menghampiri mereka bertiga.
" Ayah, kenapa ayah keluar. Ayah harus istirahat." Ucap Amira dan menghampiri Pradipta dan memapahnya ke sofa.
" Ayah khawatir terjadi sesuatu."
" Aluna kenapa menangis?" Tanya Pradipta yang baru menyadari Aluna menangis.
" Maafin Aluna ayah, karena Aluna kak Jesselyn jadi seperti ini."
Pradipta merengkuh tubuh Aluna dalam dekapannya.
" Stt ini bukan salah kamu, pria itu saja yang brengsek meninggalkan putri ku begitu saja padahal Jesselyn begitu tulus mencintai dia."
" Walaupun nanti dia kembali ayah tidak akan merelakan Jesselyn kembali kepadanya."
Tak lama datang Juandra yang tiba dari kamar Jesselyn.
" Kak Juan gimana keadaan kak Jesselyn?"
" Kamu tenang aja Jesselyn sudah tertidur."
" Maafin aku kak karena aku kak Jesselyn kayak gini. A-aku siap kok kalo kakak mau hukum aku." Ucap Aluna dengan tangannya yang sedari tadi meremas bajunya. Sebenarnya ia takut jika Juan akan marah dan berakhir menghukumnya tapi jika itu konsekuensinya karena telah membuat Jesselyn depresi seperti ini ia siap untuk itu.
Sedangkan Juandra hatinya mencelos mendengar ucapan Aluna. Sejahat itukah dirinya dulu? Ah itu benar ia selalu saja menyalahkan Aluna dengan segala kekacauan yang terjadi pada keluarganya. Bahkan ia tidak pernah sedetikpun untuk memehartikan adik kecilnya yang tak bersalah itu.
Juandra mendekati Aluna yang sedari tadi menunduk dengan jari jemari nya yang tak mau diam. Ia menatap tubuh mungil yang bergetar itu lalu ia merengkuh nya dan mengusap punggung bergetar itu lembut.
" Kakak tidak akan menghukum mu, ini bukan salah kamu."
" Maafkan kakak dulu yang selalu menyalahkan dan menyiksa kamu. Maafkan kakak."
" Ahk." Perutnya terasa keram serta kepalanya yang seakan berputar mungkin ini karena ia terlalu banyak menangis dan terlalu terbawa emosi.