Bab 20

8.7K 319 11
                                    

Sinar matahari menembus ke celah-celah gordeng membuat Aluna mengerjapkan matanya karena merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerpa wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari menembus ke celah-celah gordeng membuat Aluna mengerjapkan matanya karena merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Ia membuka matanya mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina manik indahnya. Sampai beberapa detik kemudian ia dibuat terkejut melihat sang suami yang sedang terlelap di sampingnya lalu ia langsung mengecek tubuhnya yang ditutupi selimut saat ia teringat sesuatu. Ternyata benar saja saat ini ia tidak menggunakan sehelai benangpun serta ia merasakan rasa ngilu dan perih diarea kemaluannya ia juga dapat melihat banyak bercak darah yang menodai seprai putihnya.

" Jadi semalam itu bukan mimpi." Batin Aluna.

Aluna melirik ke arah suaminya yang tengah terlelap. Detik itupun tangisnya pecah ia sangat takut sekarang. Mereka melakukannya bukan karena sama-sama mau. Suaminya menggauli
nya dalam keadaan tak sadar. Ia takut suaminya itu akan marah kepada dirinya karena ia tak mampu mencegah hal itu terjadi. Dan satu hal yang paling ia takuti jika nanti akan ada yang tumbuh dalam rahimnya. Ia yakin suaminya pasti tak akan mau mengakuinya.

Hiks hiks

Savian mengerjapkan matanya karena merasa terganggu dengan suara isakan tangis Aluna. Ia membuka matanya sama halnya dengan Aluna ia terkejut dengan keberadaan Aluna yang sedang terisak dan ini bukan di kamarnya melainkan kamar Aluna. Ia membuka sedikit selimut yang menutupi tubuhnya ia tak memakai sehelai benangpun. Ia melihat kearah seprai yang ternyata banyak dipenuhi dengan bercak darah.

" Tidak mungkin." Pikir Savian. Ia pikir kejadian semalam itu hanya mimpi.

" Aluna"

Tak ada sahutan dari Aluna. Ia masih terisak tanpa ingin menoleh kearah Savian ia merasa takut dan malu pada pria yang merupakan suaminya itu.

Hiks hiks

Aluna tidak bisa menahan isakannya.

Begitupun Savian yang juga merasa bingung harus berbuat apa. Serta kepalanya yang sangat pening karena pengaruh alkohol.

" Aluna tolong kasih tau gue, kalo kita gak ngelakuin hal itu kan?" Ucapan Savian membuat Aluna menatapnya dengan mata yang bergetar. Savian tau itu adalah pertanyaan yang bodoh padahal ia sudah tahu hanya dengan melihat keadaan mereka sekarang serta dengan banyaknya bercak darah di atas seprai semakin memperkuat pemikirannya itu.

" Tolong lo lupain kejadian semalem." Aluna semakin merasa sesak mendengarnya.

" Tapi bagaimana kalo aku hamil mas." Ucap Aluna. Hal itu yang sangat Aluna takuti. Bukan, bukan ia tak ingin mempunyai seorang bayi yang akan menjadi buah cinta mereka jika hubungan dengan suaminya itu seperti layaknya suami istri yang saling mencintai. Tapi mengingat Savian yang begitu membencinya ia takut dengan hal itu. Ia takut jika buah hatinya nanti akan merasa sakit karena sang ayah tidak mau mengakuinya. Ia tidak mau buah hatinya akan merasakam apa yang ia rasakan.

ALUNA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang