Menjelang tanding basket memang hari-hari melelahkan bagi anggota ekstra kurikuler tersebut. Dua hari sekali harus mengikuti latihan tiap selesai jam pelajaran. Membuat mereka pulang lebih larut dari hari biasanya.
Untungnya ini sudah memasuki minggu ketiga sejak latihan pertama mereka saat jam kosong tempo dulu. Yang artinya pertandingan itu semakin dekat.
Dan selama itu pula Amora selalu duduk di pinggir lapangan untuk menonton anak basket latihan. Tak lupa menyanding dua botol air mineral. Satu untuk Arlan dan satunya lagi untuk Elang.
Sebenarnya Elang merasa agak kasihan sih melihat Mora yang harus ikut pulang petang saat ada latihan basket. Beberapa hari yang lalu Elang sempat menawarkan akan memesankan grab saja untuknya, tetapi cewek itu menolak.
"Nggak mau naik grab. Gue tuh mau nonton Arlan main basket. Lagian 'kan gue berangkatnya sama lu, pulangnya juga harus sama lu." Begitu kata Amora kemarin. Berakhir dengan Elang yang hanya mengiyakan ucapan cewek itu. Namanya juga sedang mengejar cinta, jadi ya Elang maklum saja.
Dan memang worth it sih, Arlan jadi lebih dekat dengan Mora. Bahkan beberapa kali si cowok flirting sampai-sampai Mora ingin meratakan bumi saja rasanya.
"Hei, kok bengong?" tegur Arlan setelah menjentikkan jari di hadapan Mora. Dia kemudian mendudukan diri di sebelah si cewek dan mengambil satu botol air mineral yang ia yakini memang untuknya.
Mora yang tersadar dari lamunannya jadi menoleh pada Arlan. Berikutnya tersenyum sambil menatap pemilik suara husky itu yang tengah menenggak minum.
"Ganteng banget mantan orang," gumam Amora, dalam hati tentu saja. Memperhatikan setiap inci wajah Arlan dari samping begini jelas membuat batinnya terus memuji ketampanan cowok itu.
Mulai dari rambut hitam yang sedikit basah karena keringat. Lalu pada mata hazel yang akhir-akhir ini sering bersiborok dengan netra-nya. Hidung bak perosotan yang sebenarnya ingin Mora sentuh walaupun sekali saja. Juga bibirnya yang akan memporak-porandakan hati Mora ketika telah membentuk seulas senyum.
Merasa diperhatikan, Arlan menoleh pada Amora. Bersitatap selama beberapa saat tanpa mengatakan apapun. Hingga seruan Elang memecah fokus keduanya.
"Woi malah tatap-tatapan lu berdua!" Elang dengan tanpa merasa bersalah berjalan mendekati mereka. "Minum gue mana, Mor?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.
Amora berdecak sekilas, menyodorkan botol minum yang langsung di terima Elang. Sedangkan Arlan kembali menenggak minumnya hingga menyisakan setengah botol.
"Habis ini masih lanjut latihan?" tanya Mora, mengedarkan pandangan ke arah beberapa anak basket lain yang sedang beristirahat tidak jauh dari mereka.
Arlan meletakkan botol di samping tubuhnya, kemudian menjawab. "Enggak, udah selesai."
Mora melirik jam yang tertera pada ponselnya. "Baru pukul empat tuh," herannya. Karena mereka biasanya latihan sampai pukul lima lebih.
"Hari terakhir latihan. Biar pada bisa istirahat kata Juan," ucap Arlan membuat Mora mengangguk sambil membulatkan bibirnya.
"Lusa tanding. Anak PMR ada yang disuruh ikut ke sana nggak, Mor?" tanya Elang.
"Emm kemarin katanya bakal ada tiga orang yang disuruh ikut jaga, tapi belum ditentuin siapa aja."
"Elu, ngajuin diri aja," usul Arlan.
"Ngebet amat nyet, pengen Mora ikut ke sana," celetuk Eric yang tidak sengaja mendengar obrolan mereka. Cowok itu kemudian duduk di samping Arlan.
Arlan menoyor kepala Eric. "Gue cuma nyaranin, kali aja Mora pengen nonton makanya ngajuin diri buat anak PMR yang ke sana," dalihnya. Yang ditoyor hanya mencibir.
![](https://img.wattpad.com/cover/296650613-288-k351027.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [Haruto]
Ficción GeneralMora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak. Andai saja hari Rabu kala itu hatinya cukup kuat sehingga tidak jatuh pada pesona Arlan. Andai saja...