006

1.8K 384 171
                                    

*




Hari ini Mora berangkat sekolah diantar papanya. Sampai di sekolah agak siang karena mereka memakai mobil yang tentu saja susah untuk menerobos kemacetan. Untung saja tidak sampai telat masuk. Berbeda dengan biasanya jika Mora berangkat bersama Elang yang memakai motor.

Mora memang lebih sering berangkat dan pulang sekolah bersama Elang. Sudah terbiasa dari kecil karena sekolah dan kelas mereka selalu sama. Tapi ya sudah terbiasa juga kalau papanya Mora habis pulang dari luar kota, Mora pasti lebih memilih diantar papanya, seperti hari ini.

Kalau ditanya, kenapa Mora nggak naik motor sendiri aja biar nggak ngerepotin Elang terus? Alasan yang pertama yaitu karena Mora nggak bisa naik motor, mungkin bisa sih tapi dia terlalu takut aja. Yang kedua, Elang dan papanya Mora nggak ngijinin cewek itu buat naik motor. Ah, ditambah bunda-nya Elang juga ikut andil dalam melarang Mora mengendarai motor.

Kenapa sampai nggak dijinin? Karena dulu saat Mora masih SMP kelas akhir, dia pernah meminta Elang untuk mengajarinya naik motor. Saat itu karena Mora iri melihat Elang yang sudah bisa naik motor bahkan saat masih awal masuk SMP, dirinya jadi pengen juga naik motor.

Berbekal motor matic yang saat ini tidak ada karena dijual dan ganti dengan motor Elang yang sekarang, mereka berdua ke lapangan komplek atas saran Elang sendiri. Berhasil sih ngajarinnya walaupun menurut Elang masih terlihat agak kaku mengingat Mora memang baru pertama kali dilepas sendiri pakai motor.

Mora yang merasa bisa jadi excited, ia membujuk Elang agar memperbolehkannya mengendarai ke jalan komplek. Elang sebenarnya sedikit ragu, tapi karena Mora terus mendesak jadilah dia iyakan saja. Dengan syarat tidak boleh terlalu laju, sehingga Elang bisa mengikutinya sambil berlari.

Namun, baru saja keluar dari lapangan dan berbelok ke arah kiri, dari arah berlawanan terdapat dua sapi yang sedang digiring menuju lapangan. Mora yang pada dasarnya takut dengan sapi, di tambah belum benar-benar terampil mengendarai motor jadi membelokkan stang dengan tiba-tiba karena gugup. Sebelum akhirnya menabrak pagar bambu di pekarangan rumah orang dan jatuh dengan sebelah kaki tertindih motor.

Hal itu membuat membuat kaki kirinya membiru hampir satu mingguan. Serta kaki kanan yang entah bagaimana bisa keseleo. Berakhir dengan Mora menangis sangat keras saat dipijit tukang urut yang didatangkan ke rumah.

Mora ingin berlatih lagi, tapi juga sebenarnya masih takut. Tahun lalu Mora sempat mengutarakannya ke Elang, tapi cowok itu malah berkata, "ngapain anjir? Udah nggak usah naik motor segala, kan gue bisa nganterin. Kalo pas gue nggak bisa juga lu kan bisa naik ojek. Nggak usah aneh-aneh deh, nanti nyungsep lagi gue yang diamuk habis-habisan sama Bunda."

Iya, yang bakal marahin malah bunda-nya Elang sendiri. Nyalahin Elang yang nggak bisa jagain Mora. Padahal mama-nya Mora nggak sampai segitunya, cuma nasihatin biar besok lebih hati-hati.

Oke, kembali lagi pada Mora yang kini melangkah ringan menyusuri koridor menuju kelas. Sempat berpapasan dengan Satya yang tiba-tiba membisikkan sesuatu pada Mora. "Go publik aja deh mending kalian," katanya.

Belum sempat Mora menanyakan maksud perkataan Satya, cowok itu sudah melenggang pergi melewatinya sambil meneriaki nama Arlan yang baru ia sadari berjalan agak jauh di belakangnya. Mengabaikan tingkah Satya barusan, Mora kembali melangkahkan kakinya.


"AMORAAA!"

Amora yang baru sampai di ambang pintu kelasnya jadi menghentikan langkah, memejamkan mata sejenak lalu menghela napas. Berikutnya melirik sinis pada Stefa yang sudah duduk manis di bangku, oknum yang meneriaki namanya pagi-pagi begini.

"MASIH PAGI NGGA USAH TERIAK," balas Mora sambil berjalan menghampiri bangku Stefa dan duduk di sebelahnya.

"MORRR IH, KOK LU JAHAT BANGET SAMA KITA??? HUEEE NGGAK SETIA KAWAN SAMA GUE," teriak Stefa lagi, lengkap dengan rengekannya. Tangannya dengan heboh menggoyang-goyangkan lengan Mora.

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang