*
Minggu ini Stefa, Gisell, Jihan, Elang, serta Rion berkumpul di rumah Amora. Berniat merealisasikan planning mereka untuk membuat cookies bersama.
Sebenernya hanya planning empat cewek itu sih. Tapi ketika Elang keluar rumah dan melihat tiga motor tidak asing di halaman tetangganya itu jadi ikut bergabung. Tidak lupa menelepon Rion untuk menyusul juga.
Berakhir dengan dua cowok itu sibuk bermain game di ruang tamu, dan para cewek yang berkutat di dapur dengan segala alat masak.
"Bokap nyokap lu nggak di rumah, Mor?" tanya Gisell sambil mengeluarkan beberapa bahan dari dalam plastik kresek.
"Enggak. Tadi keluar sebelum kalian dateng." Mora mem-pause video tutorial yang ia tonton dan menyodorkan ponsel pada Stefa. "Bacain Stef, bahan-bahannya. Kali aja ada yang kurang."
Mora mendekat ke arah Gisell, ikut mengeluarkan satu-persatu bahan sesuai dengan yang disebutkan Stefa. Sedangkan Jihan bertugas menyiapkan alat.
"Okay, lengkap!"
Selanjutnya mereka mulai membuat adonan, mencetak adonan, menaburi topping dengan berbagai macam bahan serta memangganggnya hingga matang. Baru setelah itu cookies yang telah matang dimasukkan pada toples dan mereka bawa ke ruang tengah untuk dimakan bersama.
"Aseek, berasa punya dua istri 'kan Yon," celetuk Elang melihat kedatangan empat cewek yang membawa toples berisi cookies. "Lu dua, gue dua," imbuhnya.
"Aih senangnya dalam hati, kalau beristri dua." Rion menepuk-nepuk meja di depannya menggunakan tangan sambil bersenandung.
"Oh seperti dunia, Elang yang punya," timpal Elang.
"Idiiih si najis," cibir Mora. Mulai duduk lesehan seperti yang lain. Padahal di situ terdapat sofa, tapi ya sudah lah.
"Gue mah istrinya Kak Panji," komentar Gisell sambil mencomot cookies di toples.
"Tinggal tiga, Lang. Elu Mora aja, gue Stefa sama Jihan," ujar Rion melanjutkan acara 'pembagian istri'-nya.
Elang langsung mengangguk. "Oke sipp!"
"Sorry aja nih, Yon. Gue udah jadi istrinya Bara," ujar Jihan sambil terkekeh.
"Yahh, berarti ting—."
"Ey eyy mohon maaf, gue calon istrinya Arlan," potong Mora sebelum Rion menyelesaikan ucapannya.
Elang jadi mencibir, "idih idiih."
Stefa yang sedari tadi fokus memakan cookies jadi berujar. "Wah tinggal gue yang kosong. Berarti lu berdua jadi suami gue aja, lumayan bisa buat di babuin whahahaha," tawa Stefa, sudah mirip dengan pemeran ibu tiri dalam sebuah serial kartun.
"Yeu anjir, nggak jadi gue," timpal Rion.
"Bukannya lu lagi deket sama anak kelas IPS 2 ya, Stef? Yang anak futsal itu."
Stefa mengernyit, memikirkan siapa orang yang dimaksud Elang. "Ooh Genta? Ya emang deket karena temenan. Pernah satu kelas juga pas SMP."
"Yang jelas lagi deket mah si Mora sama Arlan. Cepet jadian kek biar kita dapet peje," ujar Rion.
"Sabar kali, baru juga belum lama gue deketinnya," gerutu Mora
"Tapi Arlan kayaknya udah mulai suka sama lu deh," celetuk Jihan sambil menuangkan es teh dari tempat minum besar ke dalam gelasnya yang sudah kosong.
"Nah iya 'kan. Kayak dia tuh deketin lu balik gitu," tanggap Rion merasa setuju dengan ujaran Jihan.
Gisell menenggak minum terlebih dahulu sebelum ikut berkomentar. "Dari cara Arlan natap Mora juga kelihatan kalau dia tertarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [Haruto]
General FictionMora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak. Andai saja hari Rabu kala itu hatinya cukup kuat sehingga tidak jatuh pada pesona Arlan. Andai saja...