020

1.1K 137 22
                                    

Seperti yang dikatakan Amora kemarin, cewek itu benar-benar membantu Stefa dalam melakukan pendekatan dengan Darell. Layaknya hari Rabu ini. Amora, Stefa, beserta Darell sama-sama duduk di pinggir lapangan basket.

Hari ini anggota organisasi PMR memang hanya melakukan pertemuan selama setengah jam. Selebihnya mereka berjaga di tepi lapangan untuk mengawasi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga seperti basket, futsal, voli, atau bulu tangkis.

Makanya Amora dan Stefa berada di situ. Sekalian mengajak Darell yang belum sempat mengikuti ekstrakurikuler apapun. Hitung-hitung sekalian menjalankan misi Amora untuk mendekatkan kedua sahabatnya.

Stefa biasanya berjaga di lapangan futsal sih. Dia jarang berjaga di lapangan basket karena memang lebih banyak akrab dengan anak-anak futsal. Kalau di basket, yang benar-benar ia kenal hanya Elang, selebihnya tidak terlalu akrab.

Amora dulu juga begitu sebenarnya. Semenjak kenal Arlan saja makanya jadi sering ke lapangan basket.

"Rell, udah punya gambaran mau masuk ekskul apa? Atau nggak pengen ikut ekskul?" Amora membuka suara untuk bertanya.

Darell menoleh pada Amora. "Emang boleh nggak ikut ekskul?"

Amora mengangguk. "Boleh. Tapi pulangnya tetap bareng yang pada ikut ekskul, jadi nggak ada yang namanya balik duluan," jelas Amora.

Darell mengangguk-angguk. Sementara itu Stefa masih diam, menyimak pembicaraan dua orang itu.

"Gue dulu niatnya nggak mau ikut ekskul apa-apa. Tapi malah diseret sama nih anak buat masuk PMR," lanjut Amora sambil menunjuk Stefa.

"Ya 'kan biar gue ada temennya," balas Stefa sedikit menggerutu.

Amora terkekeh kemudian berceletuk sambil kembali menunjuk Stefa. "Lucu tuh, Rell, ekspresinya." Salah satu rencana Amora, membuat Darell tertarik dengan Stefa.

Darell mengikuti arah tunjuk Amora, ikut terkekeh melihat wajah Stefa.

Mengetahui jika sedang diperhatikan oleh Darell, Stefa jadi salah tingkah sendiri. Cewek itu kemudian sedikit menabok bahu Amora karena kesal. "Apa sih?!" serunya membuat Amora semakin tertawa.

"Iya, lucu kok. Cantik pula. Kayak princess-princess yang di disney," tanggap Darell dengan segala kata manisnya, seperti biasa.

"Ahayyy, aseek!" seru Amora merasa gemas sendiri dengan dua orang itu. Pasalnya wajah Stefa sudah tampak memerah karena malu. Dan asal kalian tahu, Stefa ini kalau sudah berdekatan dengan Darell seketika jadi kalem. Disuruh agresif sedikit saja tidak berani.

"Mana ada kayak princess," ucap Stefa pelan tapi masih bisa didengar Amora dan Darell.

"Loh? Nggak percaya?" tanya Darell.

Stefa menggeleng, "nggak."

Amora dalam hati bersorak senang. Merasa pancingan topiknya lumayan berhasil membuat Stefa mau berbicara dengan Darell. Walaupun sebenarnya Amora cukup tahu jika Darell dan Stefa itu bukan tipe orang yang akan larut berdiam-diaman dengan orang disekitarnya. Makanya Amora yakin mereka lama-kelamaan akan punya topik sendiri untuk dibicarakan.

Amora beranjak berdiri, membuat Stefa dan Darell mendongak.

"Gue ke kantin bentar, mau beli minum buat Arlan sama Elang. Kalian lanjutin aja ngobrolnya," ucap cewek itu sebelum dua temannya bertanya.

Yang ini juga sudah masuk dalam rencana Amora. Membiarkan Stefa dan Darell mengobrol berdua agar lebih dekat. Makanya sebelum Stefa sempat protes, Amora sudah lebih dulu melarikan diri.

"Beneran nggak mau ikut ekskul apapun?" tanya stefa. Mengalihkan pembicaraan dari bahasan tentang princess tadi.

"Nggak tahu deh. Menurut princess gimana?" Darell balik bertanya sambil menatap Stefa.

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang