*
Arlan memarkirkan motornya di parkiran depan toko roti yang dimaksud Mora. Keduanya turun setelah melepas helm masing-masing. Berikutnya masuk dan berbaris di antrian.
Toko roti ini memang lumayan ramai pengunjung. Setidaknya terdapat sepuluh orang lebih yang mengantri di depan mereka.
Juga, disini tidak seperti toko roti kebanyakan. Ini lebih seperti cafe yang terdapat bangku-bangku untuk menikmati cake atau minuman.
"Ini gue ikut antri?" celetuk Mora yang merasa aneh karena ikut mengantri. Sedangkan yang ingin membeli 'kan Arlan.
"Nanti pilih aja yang pengen lu beli, makan di sini. Gue yang bayar," jawab Arlan santai.
Mora mengangkat alisnya. "Hah? Lu ngajak keluar cuma buat nraktir gue roti?" tanyanya heran.
Arlan jadi menoleh kemudian terkekeh melihat ekspresi Mora. "Nggak, adek gue minta dibeliin cheese cake. Karena kesininya sama lu jadi sekalian beliin elu."
"Ooh ngobrol dong." Mora reflek menabok lengan si cowok. "Lagian harusnya nggak usah nraktir gue juga gapapa kok," lanjutnya.
"Nggak mau nih?" tanya Arlan memastikan.
"Eeh, kalau lu maksa ya bakal gue terima."
"Gue nggak maksa padahal," celetuknya.
Mora memesang ekspresi melongo. "Lu tuh niat beliin gue ga sih?!" tanyanya kesal kemudian mendengus.
Arlan terkekeh lagi, tangannya terangkat untuk mengusak rambut cewek itu. "Bercanda, tetep gue traktir ini."
Mora menyingkirkan tangan Arlan dari rambutnya. "Ya nggak usah berantakin rambut gue juga," sentaknya membuat Arlan semakin terkekeh. "By the way, adek lu umur berapa? Adek kandung?"
"Iya adek kandung, dua belas tahun," jawab Arlan.
"Kelas enam? Masa-masa nya ujian."
Arlan mengangguk. "Iya, kemarin habis selesai try out."
"Woahh! Semangat buat adek lu!" seru Mora sambil mengepalkan kedua tangan layaknya menyemangati seseorang ke depan Arlan.
"Ngomong sendiri nih ke adek gue," suruh Arlan, mulai mengeluarkan ponselnya. Membuka roomchat bersama adiknya, menekan sebuah tombol dan mendekatkan benda pipih itu pada Amora.
"Hah?" beo si cewek.
"Vn, udah gue pencet," jelas Arlan.
"Ooh. Haloo kamu, adek-nya Arlan. Eh namanya siapa, Lan?" Amora mendongak lagi menatap Arlan.
"Erin."
"Aaa oke, haloo Erin. Lagi sibuk ujian ini itu kan? Semangat yaa, kamu pasti bisa! Tapi jangan terlalu maksain diri, oke? Luangin waktu buat istirahat dan jaga kesehatan. Jangan sampai sakit ya, Erin? Apalagi sekarang udah mulai musim hujan, minum vitamin kalau perlu. Pokoknya semangat! Semoga lancar sampai kelulusan yaa. Kakak kamu lagi antri buat beli cake yang kamu pengen nih," ucap Mora panjang lebar.
"Udah?" tanya Arlan yang mendapat anggukan dari si cewek. Arlan meng-klik tombol send dan memasukkan ponsel dalam sakunya kembali.
Bertepatan dengan itu, mereka telah berada di antrian paling depan. Arlan segera menyebutkan pesanannya untuk makan di tempat, berikutnya menanyai Mora yang ingin dia beli. Tak lupa memesankan satu cheese cake untuk dibungkus.
"Baik, ini kembaliannya ya, Kak. Dan ini nomornya, silahkan memilih tempat duduk. Untuk pesanan yang dibungkus nanti bisa ambil di sebelah sana. Terimakasih," ucap penjaga kasir dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [Haruto]
General FictionMora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak. Andai saja hari Rabu kala itu hatinya cukup kuat sehingga tidak jatuh pada pesona Arlan. Andai saja...