027 (END)

533 66 90
                                    

Ini sudah satu minggu sejak Amora dan Arlan kembali akur. Dan Arlan benar-benar menepati ucapannya pada Amora. Cowok itu memprioritaskan Amora serta jadi lebih sering menemui si cewek.

Sedangkan tentang Nessa, mantan Arlan itu juga sudah tak sesering dulu dalam menghubungi Arlan.

Pernah sekali saat Arlan sedang bersama Amora, Nessa mengirim pesan pada cowok itu. Yang mana inti dari pesan itu adalah Nessa meminta tolong pada Arlan untuk menjemputnya di sebuah cafe serta ingin mengajaknya mengobrol sebentar.

Tapi Arlan langsung memberikan ponselnya pada Amora dan menyuruh Amora untuk menjawabkan pesan dari Nessa tersebut. Kala itu Amora malah bertanya pada si cowok.

“Gue balas apa?” Begitu pertanyaan Amora waktu itu.

“Apa aja, terserah lu, nggak papa,” jawab Arlan, benar-benar mempercayakan itu pada Amora.

“Dih, ya nggak bisa gitu. Lu-nya mau engga buat jemput Nessa?”

Arlan menggeleng. “Gue ‘kan lagi sama lu.”

“Kan bisa tuh jemput Nessa, nanti gue bisa minta jemput sama—“

Belum selesai Amora berucap sudah terlebih dahulu di potong oleh Arlan. “Gue mau-nya sama lu, nggak sama Nessa, Mor.”

“Y-ya udah, okey. Biasa aja dong natapnya,” ujar Amora kemudian. Karena cewek itu sebenarnya lumayan salah tingkah saat Arlan menatapnya dengan intens sambil mengatakan hal barusan.

Cewek itu kemudian mulai menunduk, melihat kembali roomchat Arlan bersama Nessa. Dan Amora juga sempat melihat isi chat si cowok dengan mantannya sekitar dua minggu yang lalu. Tidak ada percakapan yang sepesial sih, lagi pula Amora juga tidak ingin mencari tahu lebih jauh tentang obrolan Arlan dengan Nessa di situ. Karena cewek itu memang sudah percaya dengan Arlan.

Makanya Amora kemudian mengetikkan balasan.

sorry nes, gue lagi sama amora
mungkin lu bisa minta tolong ke yg lain

Amora tidak salah bukan jika membalas seperti itu? Lagi pula Arlan tadi mengatakan jika ia boleh membalas apa saja, dan juga cowok itu bilang kalau dia tidak mau menjemput Nessa.

Disodorkannya ponsel itu kembali pada Arlan. Si cowok menerimanya dan memasukkan ke saku celana sebelum berujar, “emang gue natapnya gimana?”

“Yaa gitu, natap terus-terusan?” jawab Amora tak terlalu yakin. Bingung sebenarnya menjelaskan dengan kata-katanya bagaimana.

Arlan terkekeh. “Emang gue nggak boleh natap lu terus-terusan ya? Padahal ‘kan sayang banget kalau nggak gue lihatin.”

Amora mendengus sekilas. “Nggak bakal rugi tuh kalau lu nggak lihatin gue.”

“Rugi. Karena gue nggak bisa setiap waktu bisa lihatin lu kayak gitu,” balasnya sambil mengusak pucuk kepala si cewek gemas. Sukses membuat Amora cemberut kesal karena rambutnya jadi berantakan sedangkan si cowok hanya tertawa ringan.

Kalau mengingat kejadian itu, Amora jadi salah tingkah sendiri rasanya. Cewek itu jadi menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri di atas kasurnya.

Ini malam Minggu ngomong-ngomong. Amora yang tidak memiliki janji temu dengan siapapun sedari tadi hanya rebahan di atas kasur kamarnya sambil men-scroll sosial media. Dan berakhir melamun karena tiba-tiba teringat kejadian beberapa hari lalu saat bersama Arlan itu.

Ting

Ting

Hingga suara notifikasi dari ponsel Amora terdengar membuat cewek itu yang tadinya masih menenggelamkan wajah di bantal jadi mengangkat kepala. Menoleh ke arah bagian kasur yang lain sambil meraba-raba mencari ponselnya.

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang