Sabtu pagi ini, Amora dan Elang sudah berada di sekolahnya. Tidak seperti hari Sabtu biasanya yang sepi karena hari libur, kali ini sekolah tampak ramai para siswa yang berlalu lalang. Ditambah beberapa dekorasi yang menghiasi halaman serta panggung besar di ujung lapangan.Keduanya berjalan cepat melewati halaman utama yang ramai siswa tengah menyiapkan stan dagang kelas masing-masing. Amora berhenti di stan yang terletak sedikit di tengah dengan papan karton bertuliskan "Pop Ice-nya 11-S-4 nihh..." di bagian atasnya. Sementara itu Elang tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Iya, kelas mereka sepakat untuk membuka stan minuman pop ice yang menurut mereka tidak terlalu ribet. Hanya perlu menyiapkan pop ice sachet, air galon, gelas plastik, sedotan serta blender.
"Nih gelas plastik sama sedotannya. Sorry lama, si Elang dibangunin susah banget tadi." Amora menyerahkan plastik berisi cup beserta sedotan pada Sania yang kebetulan berdiri tak jauh darinya.
Amora memang mendapat jatah tugas untuk membeli sedotan dan cup plastik kemarin. Sedangkan yang membeli pop ice sachet adalah Widya. Semuanya memang dibagi-bagi tugasnya agar sama rata, walaupun tidak bisa benar-benar sama rata.
"Sheren," panggil Amora sambil berjalan ke arah Sheren yang duduk di belakang stan. Cewek yang merasa dipanggil jadi menghentikan aktivitas menulisnya di sebuah buku. "Ini nota sama uang kembaliannya, Sher."
Amora ikut duduk disebelah Sheren, kemudian memberikan selembar nota dan beberapa uang pecahan kepada bendahara kelasnya itu.
"Okee, makasih Amora." Sheren menerimanya dan memasukkan uang itu pada dompet khusus. Berikutnya menuliskan nominal yang ada di nota pada buku yang sedari tadi ia bawa.
Amora mengedarkan pandangan. "Galonnya belum beli? Kok nggak ada?" tanyanya heran karena tidak mendapati galon di sekitar stan mereka.
"Bisma sama Fikri udah beli tadi, tapi malah ditaruh di kelas. Aneh emang mereka," sahut Oca yang tengah menggantungkan pop ice sachet pada bagian bawah papan stan karton.
"Barusan gue suruh Fikri buat bawa ke sini kok," timpal Sania membuat Amora dan yang lainnya mengangguk.
Amora beranjak berdiri. "Gue ke kelas duluan deh, mau naruh tas. Habis itu mau ke sini lagi," ucapnya.
"Sekalian panggilin yang lain ya, Mor. Suruh ke sini," pinta Sheren mendapat acungan jempol oleh Amora.
Cewek itu bergegas menuju kelasnya. Sempat berpapasan dengan Fikri yang tengah membopong sebuah galon. "Semangat, Fikri!" serunya sambil mengangkat kedua tangan yang ia kepalkan.
Fikri sontak berhenti sejenak. "Oh iya, tadi Stefa di kelas nyariin lu."
"Ini gue baru mau ke kelas. Duluan yaa, bye!"
Amora sedikit berlari agar cepat menuju kelas. Tadi malam Stefa mengatakan bahwa hoodie yang sempat mereka pesan bersama lewat online shop telah datang dan cewek itu menjanjikan akan membawanya hari ini. Amora jadi tidak sabar untuk mencobanya.
Karena tak terlalu memperhatikan jalan, Amora jadi menabrak siswa yang berjalan dari arah yang berlawanan. Amora hampir terjungkal ke belakang kalau saja tangannya tidak segera ditarik oleh orang yang ia tabrak.
"Duh, sorry-sorry." Amora secara spontan meneggakan badan dan mundur satu langkah untuk melihat orang di depannya. Tangan yang tadi menahannya juga sudah terlepas.
"Eh?" Amora bergumam. Mendapati siswa yang baru saja ia tabrak ternyata adalah Arlan. Dengan Eric dan Kenan berada di samping cowok itu. Ah tidak, ada Bella dan beberapa teman sekelas Arlan juga yang ikut berhenti di belakang ketiga cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [Haruto]
Ficción GeneralMora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak. Andai saja hari Rabu kala itu hatinya cukup kuat sehingga tidak jatuh pada pesona Arlan. Andai saja...