*
"Nessa," gumam Arlan membaca sekilas nama yang tertera.
Cowok itu menghela napas sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar kelas dan mengangkat telepon.
"Kenapa?" tanya Arlan setelah mendekatkan ponsel ke telinga. Punggungnya bersandar pada bagian luar tembok kelas, dengan pandangan menatap ujung pohon yang memang terlihat dari lantai dua.
"Nanti temenin aku beli sepatu ya, Arlan?" pinta Nessa dari balik telepon.
"Gue nggak bisa," jawabnya langsung.
"Ih, nanti pulang sekolah kok. Langsung ke sekolah aku aja. Bisa kan?"
Arlan menarik napas, memejamkan mata sebentar. Sedikit lama dia diam hingga Nessa kembali memanggilnya membuat Arlan kembali berucap, "nggak bisa. Ajak aja cowok lu, bukan malah ngajak gue."
Ya, yang menelepon Arlan adalah mantannya. Nessa, murid SMA Petra yang sudah resmi menjadi mantan pacar Arlan semenjak dua minggu yang lalu.
Alasan putus? Ya karena Nessa selingkuh dengan salah satu cowok di SMA Petra. Waktu itu Nessa mengatakan kalau dirinya sudah bosan bersama Arlan, makanya memilih bermain di belakang Arlan bersama cowok lain.
Tetapi setelah putus, Nessa masih sering menelepon Arlan untuk menjemputnya ataupun meminta menemaninya ke suatu tempat. Walaupun tidak sesering dulu waktu masih bersama.
Dan selama dua minggu itu, Arlan sukses menolak segala ajakan Nessa untuk bertemu. Itu semua sebenarnya karena Arlan menuruti ucapan Sasa dan Eric yang berniat membantunya dalam misi melupakan mantan.
Karena sejujurnya Arlan memang masih belum bisa move on dari Nessa. Satu setangah tahun menjalin hubungan tentu membuat Arlan terbiasa dengan kehadiran Nessa dalam kesehariannya. Dan sejak dua minggu hingga seterusnya Arlan akan memaksakan diri untuk menghindari pertemuan langsung dengan cewek itu.
"Riko lagi sibuk sama urusan OSIS-nya. Kita juga udah lama nggak ketemu kan, kamu nolak terus tiap aku ajak," sahut Nessa.
Arlan masih diam, menunggu celotehan berikutnya dari Nessa. Sebelum-sebelumnya juga seperti itu. Arlan yang menjawab seadanya untuk mengurangi interaksi dan Nessa berbicara banyak.
Keduanya terdiam beberapa saat, hingga Nessa kembali berucap, "kamu nggak kangen aku ya?"
"Nggak," jawab Arlan akhirnya. Bohong tentu saja, cowok itu merindukan orang di seberang telepon. Merindukan wajah Nessa, tingkah Nessa dan suara Nessa. Makanya Arlan lebih memilih diam saat Nessa berbicara, ia akan menjadi pendengar yang baik. "Please, Nes. Jangan gini. Kita udah nggak ada hubungan," lanjutnya.
Dalam hati cowok itu juga meyakinkan diri, kalau dia dan Nessa sudah tidak ada hubungan apapun. Jadi tidak seharusnya Arlan masih menyimpan rasa pada mantan kekasihnya.
"Kenapa?" celetuk Nessa membuat Arlan kembali menghela napas. "Kamu udah ada cewek baru ya?" lanjutnya.
"Hm iya," bohong Arlan lagi.
"Woah! Beneran?" Nessa di seberang telepon memekik kemudian tertawa senang. "Kapan-kapan kita double date ya! Harus pokoknya!" serunya.
Arlan sedikit menyunggingkan senyum mendengar tawa Nessa. Berikutnya terdengar kembali celotehan Nessa yang sesekali ia balas dengan deheman. Hingga telepon yang berakhir dimatikan oleh Nessa dan Arlan memutuskan untuk kembali ke kelas.
*
"Nggak ngerti lagi gue sama mantan lu. Udah punya pacar 'kan, kenapa masih aja ngeribetin lu?!" geram Eric dengan tangan sibuk memilih spidol di etalase. Arlan di sampingnya hanya mengedikkan bahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [Haruto]
Narrativa generaleMora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak. Andai saja hari Rabu kala itu hatinya cukup kuat sehingga tidak jatuh pada pesona Arlan. Andai saja...