024

1.4K 235 94
                                        

Semenjak kejadian kemarin, Amora jadi lebih banyak diam dan melamun. Tidak ikut dalam obrolan teman-temannya walaupun duduk bersebelahan. Bahkan beberapa kali ditegur guru saat di kelas karena kedapatan melamun dan tidak memperhatikan pelajaran.

Tentang percakapannya dengan Stefa tempo hari, Amora hanya menceritakan pada Elang. Dan cowok itu mengatakan jika yang diucapkan Stefa memang benar, karena Darell sendiri juga sudah pernah bercerita tentang itu padanya.

Belum selesai dengan urusan patah hati-nya karena Arlan, sekarang ditambah mengetahui sebuah fakta jika alasan Stefa menjauhinya adalah karena Darell sebenarnya suka pada dirinya.

Amora pusing, bingung, kesal, dan sebenarnya dari kemarin sudah ingin menangis. Tapi ia tahan karena tidak mau jadi cewek cengeng.

Yang ada di pikiran Amora sekarang, kenapa Darell harus menyukai dirinya? Mungkin jika ia tahu fakta itu saat masih SMP dulu, Amora pastinya akan senang karena perasaannya terbalas.

Tapi sekarang jelas berbeda.

Cewek itu sudah tidak memiliki perasaan yang sama dengan beberapa tahun lalu. Amora sudah tidak menyukai Darell, maksudnya suka dalam artian yang menjurus ke arah hubungan percintaan. Amora benar-benar sudah tidak memiliki rasa itu. Ia kini hanya menganggap Darell sebagai teman, sama seperti Elang dan yang lainnya.

Amora kesal, kenapa keadaan jadi serumit sekarang. Ia ingin marah, tapi tidak ada yang berhak ia marahi sekarang.

Tidak ada yang bisa Amora salahkan.

Tidak mungkin Amora menyalahkan Darell dan segala perasaan cowok itu. Karena Amora yakin Darell tentu tidak bisa mengendalikan perasaannya begitu saja. Serta tidak mungkin juga Amora menyalahkan Stefa yang menyukai Darell. Sedangkan selama ini yang dengan gencar mendekatkan Stefa dan Darell adalah dirinya.

Ah, atau sebenarnya yang salah di sini adalah Amora sendiri?

Jika memang benar begitu, Amora sungguh ingin memperbaikinya. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Sedangkan sampai saat ini Stefa masih menghindar dari Amora. Dan Amora yang meminimalisir interaksi dengan Darell karena tidak ingin sahabatnya semakin sakit hati.

Amora menghela napas, mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Cewek itu kemudian mendongak, menatap awan-awan yang bergerak perlahan. Hingga sebuah panggilan dari arah belakangnya membuat cewek itu menoleh.

Didapatinya Darell yang berjalan mendekat kearahnya. Kemudian mendudukkan diri di samping cewek itu.

"Gue cariin kemana-mana ternyata duduk di sini sendiri," ucap si cowok.

Iya, sejak tadi Amora memang duduk sendiri di gazebo depan perpustakaan yang kebetulan sedang sepi. Sengaja sedang tidak ingin bergabung dengan teman-temannya saat ini.

Amora hendak beranjak tapi lebih dulu tangannya dicekal oleh Darell.

"Di sini dulu, gue mau ngomong," pinta Darell membuat Amora mengurungkan niatnya.

Si cowok tersenyum begitu Amora menurut. "Kapan sih kita terakhir ngobrol berdua? Yang bener-bener cuma berdua," tanya Darell sambil sedikit mendongak dengan pandangan menerawang.

Sedangkan Amora memilih menunduk. "Nggak tahu, lupa," jawabnya pelan.

"Udah lama banget. Terakhir waktu kita masih SMP, tepatnya sehari sebelum gue pindah ke luar kota," ujar Darell. Dan agaknya Amora mulai tahu ke mana arah pembicaraan cowok itu.

"Lu masih ingat nggak kejadian waktu itu?" Darell menoleh pada Amora untuk menunggu jawaban si cewek.

Amora mengangguk. "Masih."

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang