PROLOG

6.2K 584 319
                                    

*

"HAH?! Serius?! Lu tahu dari mana?" kaget Mora mendengar perkataan seseorang dari balik telepon. Amora Fallencia namanya, cewek yang kini terburu-buru memasukkan buku ke dalam tas. Dengan ponsel yang terapit di antara telinga dan pundaknya.

Mora bergegas keluar ruangan setelah berpamitan seadanya dengan beberapa anggota organisasi PMR yang masih mengobrol. Beberapa kali juga membalas sapaan kenalannya yang tak sengaja berpapasan di koridor sekolah.

Ya, ini adalah hari Rabu, dimana semua kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan. Jadi setiap hari Rabu jam pelajaran hanya sampai pukul sebelas, selebihnya digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler ataupun pertemuan organisasi sampai sore.

Sebenarnya hari ini Mora sedikit kesal. Karena ia gagal membolos dari pertemuan. Padahal sudah sepakat untuk membolos bersama kelima temannya.

Tapi karena Mora harus piket sebelum meninggalkan kelas, jadilah teman-temannya pergi ke parkiran terlebih dahulu. Sialnya saat akan menyusul mereka, ia malah bertemu dengan Theo. Kakak kelasnya yang ikut dalam organisasi PMR itu menariknya untuk segera ke ruangan.

Alhasil dirinya mendekam di tempat itu kurang lebih dua jam dengan perasaan kesal. Dan dapat dipastikan kelima temannya sudah berleha-leha di warung Bu Eni, langganan mereka.

Mora dan teman-temannya bukan anak yang sering membolos sih, hanya saja sedang ingin. Kalau kata Rion tadi, "gapapa elah, sekali doang ini kita bolos bareng." Memang dasarnya sifat setan Rion sering keluar.

Gadis itu mempercepat langkahnya saat orang diseberang telepon kembali menyahut. "Iya Sell, ini gue jalan cepet loh. Lu jangan cerita dulu sebelum gue sampai sana," balas Mora.

"Pokoknya nggak boleh cerita dulu!! Tungguin gue sampai ih," imbuh cewek berpipi bulat itu.

"Iya, awas aja! Dah ya, gue tutup teleponnya," final Mora. Kakinya berhenti tepat di dekat pos satpam SMA HEXAGON. Matanya menelisik ke sekitar. Mencari orang yang kira-kira bisa ia tumpangi untuk menuju warung Bu Eni.

Manik bulat itu berbinar mendapati cowok berjaket biru tua tengah duduk di atas motor. Lengkap dengan helm yang sudah bertengger di kepala. "Gue kira Elang ikut bolos," gumamnya.

Kaki Mora mengayun cepat ke arah cowok itu. Berikutnya menaiki jok belakang motor dan menepuk pundak yang di depan dengan keras. "Buruan, Lang! Ke warung Bu Eni, gue nggak mau ketinggalan ceritanya Gisell," sentaknya.

Si cowok sedikit menoleh. "Lu-."

"Udah buruan ayo! Ngebut ya, Lang!" potong Mora sambil mendorong helm 'Elang' untuk menghadap depan.

Motor melaju dengan kecepatan sedang. Mora jadi protes, "Cepetan, Lang! Ini tuh situasi gawat! Lu mah aneh banget tau nggak? Biasanya juga kepo kan lu sama gosip-gosip gitu," cerocos Mora. Karena Elang yang dia kenal akrab biasanya akan selalu penasaran dengan gosip terkini, apalagi ini menyangkut temannya sendiri.

"Lang, ngebut kek! Lu kesurupan setan mana sih? Kok jadi diem gini? Aneh banget. Ngebut ish! Jangan kayak siput." Mora kembali menepuk-nepuk punggung cowok itu.

Bukannya bertambah cepat, motor malah melaju semakin lambat. Kemudian berhenti di pinggir jalan. Si cowok melepas helm dengan kasar dan menoleh.

"Lu siapa sih?! Bacot banget!" sentak cowok itu dengan tatapan tidak ramahnya.

"WOAH!" Mora terlonjak kaget, secara spontan turun dari motor. Matanya memicing heran ke arah cowok itu, kok bukan Elang?

Mora masih menatap cowok di depannya dengan heran. Otaknya seketika loading. Ini dia salah orang ceritanya? Mora sendiri bingung. Berikutnya menepuk jidatnya sendiri, baru ingat kalau Gisell tadi mengatakan semua sudah berkumpul termasuk Elang.

Si cowok berdecak kemudian mengalihkan pandangan, merasa sudah buang-buang waktu menunggu gadis itu hanya diam. Tangannya bergerak hendak memakai helm nya kembali.

"EHH! Bentar! Lu temennya Elang? Anak basket 'kan?" tanya Mora sambil menahan helm cowok itu. Ia lumayan tidak asing dengan wajah cowok di depannya ini, apalagi baju basketnya terlihat karena jaket yang sengaja tidak diresletingkan.

Cowok itu hanya membalas dengan deheman, mengiyakan. Mora kemudian menjentikkan jari membuat si cowok mengernyit. "Gue nebeng ya? Cuma ke warung Bu Eni kok," pintanya.

"Nggak. Gue ada urusan," tolaknya.

"Please yaa, siapa pun lu, gue nggak tahu nama lu. Tebengin, okay? Tinggal luruuus terus nanti sampai kok."

Si cowok memakai helmnya, "gue mau belok, nggak lewat situ." Motor ia nyalakan lagi membuat Mora kembali memekik dan menahan tangannya.

"ISH BENTAR DULU! Nanti gue jajanin minum deh, beneran. Sama gorengan juga. Nebeng yaa? Masa lu tega lihat gue jalan panas-panas begini. Mana itu warungnya masih lumayan jauh. Nggak kasihan apa??"

"Nggak. Gue nggak kenal lu."

"OOH, yaudah ayo kenalan dulu. Nama gue Amo-."

"Males, gue duluan," potongnya dan melajukan motornya.

Mora menganga tak percaya. Menatap punggung cowok itu yang lama-kelamaan hilang dari pandangan karena berbelok di pertigaan. Berikutnya berteriak tertahan, kesal tentu saja.

Bagaimana tidak kesal? Sore begini itu matahari tepat menghadap wajahnya karena Mora berjalan ke arah barat. Apalagi di depan sana terlihat beberapa cowok yang nongkrong di pinggir jalan. Jelas malu lah kalau mau lewat.

Berasa sial sekali Mora hari ini.


*


EYYOW .... Ini cerita pertama yg gue publish di akun ini. Sebelumnya udah pernah bikin sih yg awalnya mirip ginian, tapi akunnya udh gue hapus, jadi gue bikin ulang. Btw sorry kalau ceritanya agak ga jelas😭😭

Makasih yg udh mampir, vote ama komen dongg yaa. makasih banget <3

Oiya, mau tahu itu cowok yg ditebengin Mora kayak gimana?

Oiya, mau tahu itu cowok yg ditebengin Mora kayak gimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iya, Watanabe Haruto. Sesuai ama yg ada di cover.

Btw ini gue ngasih visualisasi nya cuma tokoh utama cowo ya. Buat tokoh lain kalian bisa berimajinasi sendiri.

Okay kayaknya itu aja, gatau kapan update lagi. Moga gua bisa bikin sampe ending yea

Sekian, thanks

❙❘❚❘❙❚❚❘❙❚❙❘❚❚❚❘❙❚❘❘❚❚❘
seraclevst

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang