007

1.6K 372 132
                                    

*





Ini hari Jumat, jadwal Amora untuk berjaga di UKS ketika jam istirahat. Sebenarnya ada dua orang yang harus berjaga hari ini. Amora dan Mia, anak kelas IPA 2 yang sekarang sedang berada di sekolah lain karena mengikuti lomba debat.

Mora kesitu tidak sendiri sih, Gisell dan Stefa ikut karena ingin rebahan katanya. Stefa sebenarnya juga masuk ekskul PMR. Tapi hari jaganya dipisah dengan Mora. Jihan? Tadinya dia ikut bersama mereka. Tapi karena berpapasan dengan Bara di jalan, cewek itu jadi di ajak pacarnya untuk ke kantin. Sedangkan Elang dan Rion bermain game di kelas.

Belum sempat membuka pintu UKS, pintu itu sudah terbuka dari dalam. Mba Ana, penjaga UKS itu hendak keluar dari ruangan.

"Eh, Mba?"

"Oiya, Mor. Mumpung kamu udah dateng, Mba tinggal ya? Mba harus ketemu kepala sekolah. Mungkin agak lama soalnya habis itu juga ada urusan keluar," kata Mba Ana terlihat sedikit buru-buru.

Amora yang mengerti segera mengangguk. "Iya Mba, nggak papa."

"Lagi nggak ada yang sakit kok di dalam. Tapi nanti kalau ada yang sakit dan memang perlu di tunggu, kamu tetap di UKS aja ya? Nanti minta tolong ijinin temenmu, bilang kalau disuruh Mba Ana jaga UKS," jelasnya lagi.

"Iya Mba, ngerti kok. Mba Ana selesai-in dulu aja urusannya. UKS biar Mora yang handle. Aman Mba," ucapnya sambil memberi isyarat 'oke' dengan tangannya kemudian tersenyum.

"Yahh, Mba. Padahal Stefa pengen ngerumpi sama Mba Ana," celetuk Stefa pelan. Sukses mendapat kekehan dari Mba Ana.

"Lain kali yaa. Mba tinggal dulu nih."

"Iyaa Mba."

Sepeninggalan Mba Ana, mereka segera masuk ke dalam UKS. Amora langsung menuju meja yang paling dekat dengan pintu. Mengambil buku bersampul hijau dan mengeceknya sekilas. Berikutnya mendudukan diri pada kursi yang ada.

Mora kini menghadap dua temannya yang duduk pada kursi panjang yang tidak jauh dari tempatnya. Padahal mereka tadi katanya ingin rebahan. Tapi sampai sini hanya duduk-duduk saja.

"Oh iya, Sel. Lu sama Kak Panji gimana?" celetuk Mora tiba-tiba.

Gisell jadi mendongak untuk bertemu tatap dengan Mora, berikutnya menautkan alis. "Gimana apanya?"

"Kayaknya gue udah jarang liat kalian barengan. Cuma perasaan gue aja atau emang kalian lagi ada masalah?"

Stefa yang sedari tadi memainkan ponselnya kini lebih memilih menyimak. Menatap Gisell yang menghela napas entah kenapa.

"Nggak ada masalah sih, cuma ya gitu. Gue juga nggak paham kenapa jadi agak renggang gini," balas Gisell. Cewek itu kembali menghela napas dan bersandar pada dinding.

"Masalah yang sama Mega kemarin, udah lu tanyain ke Kak Panji?" tanya Stefa.

"Udah. Kata Kak Panji, Mega itu anak temen mamanya."

"Mereka emang deket? Maksudnya kan yang temenan mama mereka, Kak Panji sama Mega juga temanan?" Setahu Amora, Panji itu memang orangnya mudah bergaul dengan siapa saja, social butterfly-lah istilahnya. Tetapi dari beberapa cerita Gisell, cowok itu tidak pernah pergi berdua saja dengan cewek selain Gisell.

Gisell mengedikkan bahu. "Nggak tahu, gue nggak sempat nanya pas itu. Soalnya dia kayak lagi buru-buru."

Mora mengangguk-angguk. Berikutnya berdiri sebelum akhirnya berujar pada Gisell dan Stefa. "Gue mau rebahan dulu ya, ngantuk. Kalau ada yang dateng dan perlu bantuan gue, bangunin aja."

Cewek itu berjalan masuk ke arah brangkar paling ujung, lalu menutup tirainya.

Gisell menoleh pada Stefa yang malah memejamkan mata sambil bersandar pada tembok. "Rebahan juga sana," suruhnya.

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang