Amora terlonjak dari kasur begitu mendapati layar ponsel yang sedari tadi dia pegang menampilkan notifikasi video call dari Arlan. Cewek itu bergegas menghadap cermin dan merapikan rambutnya yang lumayan berantakan.
Siapa yang tidak kaget coba. Pukul setengah sepuluh malam, sedang enak-enaknya scroll sosial media sambil rebahan. Tiba-tiba dapat notifikasi video call dari gebetan. Panik lah Amora.
Cewek itu kembali mengambil ponselnya dan memberdirikan di meja belajar. Menggeser tombol hijau ke atas hingga didapatinya Arlan yang menghadap samping sambil berbicara dengan seseorang di sebuah kamar.
Amora berdehem membuat Arlan menoleh pada ponselnya. Mengetahui jika Amora telah mengangkat panggilan video darinya, Arlan membawa ponsel itu dan berpindah ke balkon.
“Sorry, gue ganggu lu tidur ya?”
Amora di seberang sana menggeleng. “Engga, belum tidur kok tadi,” jawabnya.
“Kirain udah. Soalnya kayak agak lama ngangkatnya.”
“Ya elu dadakan banget video call-nya! Bakal jelek banget gue tadi kalau langsung ngangkat vid-call,” gerutu Amora membuat Arlan terkekeh.
“Masa iya jelek?”
Amora mengangguk sambil menopang dagu dengan tangan. “Iya! Rambut gue berantakan, mirip singa.”
Arlan terkekeh lagi. “Lucu dong.”
“Jelek, Arlan!”
“Lagian yang lihat juga cuma gue.”
Amora mendengus. “Ya karena yang lihat elu,” gumamnya lirih tapi masih dapat didengar si cowok.
“Kenapa emang kalau gue?” tanyanya diakhiri dengan kekehan kecil.
Amora ikut terkekeh kecil, “hehe, nggak papa.”
Arlan tersenyum masih sambil menatap wajah Amora dari ponsel. “Ya udah. Besok pagi free nggak?”
“Hah? Besok ‘kan sekolah, masih Rabu loh,” herannya.
“Tanggal merah, Amora. Besok Rabu libur.”
Cewek itu membulatkan matanya. Meraih standing calendar di meja dan menelitinya. “Iihhh iya tanggal merah. Jadi agak nyesel tadi buru-buru ngerjain tugas Sosiologi, ternyata besok nggak masuk.” Amora tanpa sadar mengerucutkan bibir.
“Berarti free ya?” tanya Arlan lagi yang segera dibalas anggukan oleh Amora. “Hunting jajan di lapangan deket balai kota mau?” tawarnya kemudian.
Amora mengangguk lagi dengan antusias. “Boleh-boleh! Emang di sana lagi ada acara ya?”
“Katanya sih iya. Tapi kurang tahu acara apa. Denger-denger juga acara-nya nggak sampai siang, jadi ramai-nya pas pagi aja.”
“Emm, jam berapa berarti?”
Arlan tampak berpikir sejenak. “Jam delapan? Jam delapan gue ke rumah lu.”
“Okeyy, boleh.”
Tepat setelah itu terdengar grasak-grusuk dari arah kamar si cowok. Hingga wajah Eric secara tiba-tiba menyembul dari balik pundak Arlan. Cowok yang baru muncul itu melambai ke arah kamera.
“Haii, Mora! Cantik amat malem-malem,” celetuk Eric. Arlan yang mendengarnya langsung mendorong ke belakang kepala temannya itu.
“Minggir kek!” usir Arlan. Amora yang menyaksikan hanya terkekeh.
“Anjrit lah!” Eric mengumpat sekilas. Kemudian kembali mendekat, berusaha masuk ke frame kamera. “Arlan sebenernya kangen elu, Mor. Lu dari kemarin sibuk mulu sama si anak baru,” ungkap cowok itu kemudian berlari masuk sebelum Arlan sempat mencekal kaosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [Haruto]
General FictionMora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak. Andai saja hari Rabu kala itu hatinya cukup kuat sehingga tidak jatuh pada pesona Arlan. Andai saja...