016

1.1K 232 50
                                    

*



Peringatan ulang tahun SMA Hexagon itu akan diselenggarakan tiga hari lagi, tepatnya pada hari Sabtu yang akan datang. Makanya seluruh guru serta separuh dari anggota OSIS kini kembali melakukan rapat besar. Sementara itu setiap kelas diminta untuk melakukan diskusi mengenai yang akan ditampilkan di panggung untuk mewakilkan kelasnya dan juga pembuatan stan jualan.

Tepat empat puluh menit sebelum bel istirahat kedua berbunyi, Sasa sebagai ketua kelas 11 IPS 1 menutup sesi diskusi kelasnya. Sebagian siswa langsung keluar dari kelas untuk menuju kantin, sedangkan beberapa juga ada yang lebih memilih tetap di kelas.

"Mabar, Lan," ajak Eric yang kini sudah bergabung dengan dua cowok lainnya.

Arlan berdiri. "Nanti, mau keluar dulu gue." Ia melangkah keluar dari kelas setelah mengantongi ponsel.

Cowok itu berjalan di koridor lantai dua yang lumayan ramai. Maklum, semua kelas memang tidak diawasi oleh guru. Arlan kemudian berbelok menuruni tangga. Begitu sampai di lantai dasar ternyata suasananya lebih ramai. Arlan mengambil langkah ke kanan, menuju deretan kelas 11 IPS.

"Lang!" panggil Arlan begitu melihat Elang yang sudah di ambang pintu kelas 11 IPS 4 bersama Rion, Stefa dan Gisell. Keempatnya jadi menghentikan langkah sambil menengok Arlan yang berjalan cepat ke arah mereka.

Arlan memindai sekilas ruang kelas 11 IPS 4 kemudian menghadap Elang kembali. "Amora kemana?" tanyanya.

"Tadi bilangnya mau ke perpus," jawab Elang.

"Sama siapa?"

"Sendiri."

"Iya, tadi gue mau ikut tapi nggak dibolehin sama dia," imbuh Stefa.

Cowok jangkung itu melirik Stefa sebentar, berikutnya pada Elang yang kembali menyahut.

"Dari kemarin emang lagi bad mood dia, banyak diemnya. Kalau pengen nyusul ke perpus, susul aja gapapa," terang Elang. Sedikit banyak merasa kalau Arlan memang perlu berbicara dengan Amora. Entah itu tentang kejadian kemarin sore atau hal lain.

Arlan mengangguk. "Oke, makasih. Gue duluan," pamitnya sebelum melenggang pergi menuju perpustakaan.

Arlan yakin perpustakaan saat ini sedang sepi. Mengingat jika di jam-jam seperti ini siswa SMA Hexagon jelas lebih memilih berada di kantin untuk mengisi perut atau tetap berada di kelas.

Meskipun perpustakaan memiliki akses wifi yang terbilang lancar, tetap saja membuat para siswa enggan untuk mengunjungi perpustakaan karena tempatnya yang hampir berada di ujung bangunan. Sederet dengan beberapa laboratorium dan lumayan jauh dari ruang kelas. Lagi pula disetiap kelas juga terdapat wifi. Walaupun tidak selancar yang berada di perpustakaan, tetapi lumayan masih bisa dipakai. Jadi, untuk apa ke perpustakaan jika memang tidak sedang sangat berkepentingan?

Arlan sampai di depan perpustakaan. Begitu memasuki ruangan itu, Arlan diminta untuk mengisi daftar hadir terlebih dahulu oleh Bu Hesti, penjaga perpustakaan. Arlan kira tidak akan ada yang menjaga perpustakaan mengingat semua guru sedang melakukan rapat besar.

Sesuai dugaan Arlan, yang megunjungi perpustakaan memang hanya segelintir siswa. Baru terdapat enam siswa yang tertulis di buku dafar hadir untuk hari ini. Dan tentunya beberapa atau bahkan semua yang tertulis di buku tersebut mungkin saja sudah keluar dari ruangan.

"Bu, yang namanya Amora Fallencia masih di dalem 'kan?" Cowok itu menunjuk nama yang tertulis di buku daftar hadir sebagai pengunjung terakhir. Memastikan orang yang dicarinya masih berada di ruangan ini.

Bu Hesti yang tadinya sedang mengoperasikan komputer di depannya jadi menolehkan pada nama yang ditunjuk Arlan. "Masih. Ibu belum lihat dia keluar," jawabnya. Bu Hesti memang lumayan hapal dengan beberapa siswa di sini, apa lagi yang sering menyapanya. Dan Amora termasuk dalam siswa yang sering menyapa Bu Hesti ketika di perpustakaan ataupun tempat lain.

Wednesday [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang