10. Berjuang

6.5K 577 65
                                    

Aku seperti aksara tanpa makna dan kamu adalah metafora yang fana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku seperti aksara tanpa makna dan kamu adalah metafora yang fana. Maka cinta Kita seperti tulisan sastra yang tak bernyawa.


__________••__________


Malam itu setelah mengantarkan atta pulang dan seharian menemani kesedihan atta yang tak kunjung hilang Idan memutuskan untuk pulang ke tempat yang di sebut rumah tempat di mana keluh kesah dan luka akan hilang namun berbeda dengan Idan. Bagi Idan rumah terasa seperti neraka hanya panas dan amarah yang ada di dalamnya.

Kaki Idan terasa berat saat ingin memasuki pintu rumah tangan nya juga gemetar saat membuka pintu yang terbuat dari kayu jati.

Saat idan masuk ke dalam rumah ada seseorang wanita yang menunggu kedatangan Idan. Mamah tiri Idan selalu duduk di sofa seperti seorang bos menanti kedatangan Idan di malam hari. Bukan kasih sayang yang selalu di berikan pada Idan namun hanya luapan emosi dan amarah.

Mamah tiri Idan mendekat pada Idan penuh emosi, Idan masih terdiam dan pasrah pada keadaan.

"PLAAAKK... ANAK NGGAK TAU DIRI" ucapnya sedikit terjeda setelah tangannya mendarat pada pipi Idan. "DARI MANA AJA JAM SEGINI BARU PULANG?" Ucapnya lagi dagunya mengarah pada jam dinding yang menunjukkan pukul satu malam.

"Stres di rumah.. ngapain lama lama di rumah kalo Idan di gini in terus sama mama." ucap Idan memutar bola mata lalu ia pergi melangkah meninggalkan ibu tirinya itu.

"NGAK SOPAN KAMU SAMA MAMAH.. MAMAH NGEDIDIDK KAMU BIAR KAMU TAU SOPAN SANTUN SAMA ORANG TUA!!"

Langkah Idan terhenti dengan sendirinya setelah mendengar jawaban dari mamahnya yang menurut Idan adalah jawaban yang sulit untuk di terima hati kecil Idan.

"ngedidik? Itu yang mamah sebut ngedidik.. ngedidik Idan dengan cara kekerasan? Main tangan? Itu bukan ngedidik mah.. itu kebencian.. Idan nggak pernah benci sama mamah tapi kenapa mamah selalu benci sama Idan? Apa karena Idan anak tiri? Apa Idan urakan? Apa Idan bajingan? Kenapa mah? Kenapa?"

Idan mengucapkan kalimat demi kalimat pertanyaan demi pertanyaan yang di tujukan pada sang mamah. Idan berusaha menahan air mata nya namun perlakuan mamahnya itu membuat hati dan batin Idan sakit.

"KURANG AJARR.."

"Tolong mah.. tolong.. Idan lagi sakit Idan ngak kuat kalo mamah giniin Idan terus. Tolong beritahu papah ya mah kalo Idan lagi sakit.. sampe kapan mamah mau ngumpetin penyakit idan dari papah?"

"ALAH ITU NANTI JUGA BAKAL SEMBUH SENDIRI.. BELI OBAT DI WARUNG JUGA SEMBUH.."

"mahh tolongg.. Idan capek mah"

Idan berjalan pergi meninggalkan mamah nya sendiri ia memilih untuk mensudahi pembicaraan antara mamahnya karena setiap kalimat yang di ucapkan oleh sang mamah akan terasa sakit di ujung hati karena isi Kalimat nya berisi caci maki.

Pelangi di bulan Juli.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang