26. sebab papa marah

1.1K 91 26
                                    

Rasa sayang akan padam ketika sesal tak kunjung meredam, dan mengalah tak sebanding dengan amarah

_____••_____

Idan injakan kakinya ke rumah setelah mengantar kekasihnya pulang ia juga memutuskan untuk pulang namun dia berusaha berjalan secara perlahan agar mama tak mengetahui kehadiran nya.

Tubuhnya sedikit lemas dan lesu idan benar benar butuh istirahat untuk hari ini.

Sungguh sial, saat Idan sudah sampai di pintu belakang namun di sana, pintu besi itu tertutup rapat rapat. jendela di pinggir tembok juga tak ada satupun yang terbuka, jalan satu satunya hanya pintu depan.

Saat ini ia hanya bisa mengumpulkan keberanian atau Idan tidak dapat masuk ke dalam. Atau dia berteriak ke Mama untuk membuka kan pintu namun Idan tak seberani itu Idan dapat di pukuli habis habisan oleh mama.

Saat gagang pintu Idan putar nasib baik berbalik pada Idan sebab pintu depan tak terkunci sama sekali namun di ruang tamu terlihat begitu gelap seperti rumah kosong tak berpenghuni. Mungkin mama sedang pergi entah ke mana sedangkan papa dia tau betul jika papa jarang sekali ada di rumah.

Buru buru Idan Menaiki anak tangga satu demi satu, saat anak tangga terkahir Idan injak nasib buruk kembali padanya lagi.

"DARI MANA AJA KAMU?" Terdengar suara berat dan amarah yang memuncak di bawah sana.

Saat netra Idan Palingkan ke bawah terlihat jelas itu papa dan mama yang menggandeng lengan ayah. Idan begitu terkejut mengapa papa dan mama menunggu nya dia kira mereka berada entah di mana. Mau tidak mau Idan turun dan menghadap langsung di hadapan papa, dia sudah pasrah dan rela jika dapat satu pukulan dan amukan.

"JAWAB PAPA DARI MANA KAMU?" Ucap papa saat Idan sudah berada di hadapan ayah.

"Dari Jogja."

"PLAKK.... KENAPA NGAK BILANG KE PAPA?" Satu pukulan mendarat pada kepala Idan tepat pada telinga kiri Idan, sakit sekali sampai sampai dia ingin memukul ayah kembali.

"Apa papa buka pesan yang Idan kirim? Enggak kan pah? Jangan sok marah pah di sini harusnya Idan yang marah karena ngak pernah di angep."

Bahkan semua surat yang ia beri pada papa, dan perihal Idan jatuh sakit dan mengidap kangker leukimia stadium akhir papa anggap itu hanya penyakit biasa yang papa pikir 2 hingga 3 bulan akan sembuh

"NGAK TAU DI UNTUNG... PLAKK." papa menampar Idan lagi kali ini tepat di wajah dan hidung Idan, terlihat jelas jika hidung Idan mengeluarkan darah segar.

Idan mendapat pukulan lagi hingga badannya jatuh ke ubin lantai yang dingin. Sungguh malang sekali nasib anak Adam yang umumnya tak lagi panjang.

"IKUT PAPA.." papa menarik paksa lengan Idan untuk mengikuti papa, entah ke mana papa akan membawa Idan.

Idan hanya terdiam pasrah akan tubuh nya di seret entah ke mana, dia masih menahan rasa sakit yang ayah beri, lebih sakit ketimbang mama yang menamparnya.

"MASUK KE KAMAR, PAPA NGAK AKAN BUKAIN PINTU SEBELUM KAMU TAU SALAH KAMU DI MANA." ujar papa begitu emosi dia melemparkan Idan begitu saja di lantai kamar Idan, lalu papa mengunci jiwa putra Adam itu sendiri di kamar rapat rapat.

Idan sungguh benci dengan papa mengapa papa begitu marah padanya, Idan jadi teringat bagaimana hidup nya saat ia masih kecil.

Dulu saat Idan masih umur 6 tahun Idan masih ingat jika dia akan memiliki adik, saat itu mama mengandung hampir genap 7 bulan, beberapa hari lagi adalah penantian besar bagi keluarga mereka terutama papa. Umur Idan masih 6 tahun dia belum mengerti apa apa, yang dia tahu hanya tersenyum, bermain dan juga berlari.
Idan masih ingat saat pagi itu mama terburu buru untuk pergi mengantar Idan bersekolah, sial nya nasib buruk menimpa mama. Mama mencoba mengandeng Idan di jalur penyebrangan saat dia lepas dari genggaman mama namun mama tersandung trotoar dan perut mama membentur trotoar begitu keras, terjadi kontraksi hebat saat itu banyak orang orang yang mengerubungi mama, tepat saat mama di larikan di rumah sakit bayi dalam perut mama sudah tidak bisa di selamatkan dan berhenti bergerak

Pelangi di bulan Juli.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang