Kita hanyalah dua putra Adam Pengagum jinga, yang tergila-gila oleh senja
__________••__________
"Bunda ini temen baru atta. Zidanta namanya" atta memperkenalkan Idan pada bunda dan Daffa, tak lama Daffa beranjak pergi ke kantin RS untuk membeli 4 gelas teh hangat dan beberapa camilan.
"Sore Tante" sapa Idan sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda menghormati yang lebih tua, Idan memang lelaki urakan namun ia mengerti tata Krama dan aturan apa lagi menghormati orang tua. "Saya temennya atta Tan.."
"Pangil bunda aja ya.. sini duduk jangan berdiri terus"
"Iya bun.." ucap Idan canggung, Netranya mengarah ke atta, atta hanya menaik turun kan pundaknya.
"Bun? Bunda masih sakit ya dadanya?" ujar atta, tangan atta bertaut pada tangan bunda yang lemas. Netra atta tiba tiba berkaca kaca, sebenarnya ia Tak ingin terlihat rapuh di depan Idan dan bunda.
"Dikit kok nak" sebenarnya bunda menahan rasa sakit yang luar biasa namun bunda tak ingin terlihat terluka. Bunda dan atta sama sama Tak ingin memperlihatkan luka dan duka mereka. Namun lara bunda hilang begitu saja saat atta dan Zidanta bercengkrama dengan tawa.
Hati dan netra Idan tak terbiasa melihat momen ini, bisa di bilang tidak pernah. Sekali nya melihat ia langsung tersentuh dan terenyuh hatinya bak di selimuti awan mendung. Idan merasakan duka yang menyelimuti atta dan bunda, Idan rasa atta tak berhak mendapatkan duka yang begitu mendalam, semesta memang tak adil bagi mereka.
Wanita cantik dan dua putra anak Adam itu kini sedang berbagi cerita. Bunda menanyakan akan banyak hal pada atta dan Zidanta.
"Anak bunda habis ini pulang ya.. bersihin badan atta dulu"
"Nanti dulu Bun.. atta masih kangen sama bunda"
"Atta pulang dulu ganti baju.. buat istirahat di rumah. Tuhh.. muka atta keliatan capek banget. Hari ini biar Daffa yang nemenin bunda"
"Tapi bunda.. atta masih pengen di sini" rengek atta. Idan diam membisu tak bersuara bingung dengan dirinya harus berbuat apa.
"Kali ini aja nak.. kasian badan kamu perlu istirahat. Badan kamu juga perlu di urusin nak"
"Yaudah kalo bunda maksa.. bunda hati hati ya disini, atta titip ini buat Daffa." ujar atta merogoh dompet mengeluarkan uang warna cinta atta letakkan di meja dekat ranjang bunda. "Bunn.. Atta janji besok pagi atta kesini lagi." ucapnya mengacungkan kelingking nya pada bunda.
Idan iri dengan kehangatan keluarga atta suka duka mereka lalui bersama, walau sang bunda sakit atta masih bisa tersenyum tak mau menunjukkan secuil kesedihan pada bunda, jujur Idan tak sekuat atta jika berada di posisinya. Tak ada yang tau kecuali bunda jika atta sering menangis di gelapnya malam yang gulita. Hidup atta serasa ada yang kurang jika tak mendapat kasih sayang dari seorang yang tulus selain bunda dan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di bulan Juli.
Teen Fictionkisah tentang dua anak Adam yang saling mencinta, namun cinta yang begitu setia dan sempurna menentang norma dan agama, entah takdir atau semesta tak mengizinkan mereka untuk bersama, ketidak Adilan dunia membuat cinta mereka berakhir duka dan lara...