29. jujur ngak akan lebih baik.

466 30 4
                                    

Dan laut ngak pernah tau jika cinta nya seluas bentala dan sedalam samudra.

_____••_____

Di hari hari awal bulan ke tujuh malam begitu hangat, sampai sampai dua putra Adam lupa bagaimana rasa hangat pelukan di antara mereka, Dan Malam itu keluarga dirgantara, ayah dari atta dan juga Dava berkumpul di ruang tengah dengan di temani calon ibu dan saudara baru mereka.

Adanya wanita cantik hadir di rumah mereka sedari awal atta sudah pasang muka curiga, namun melihat sikap dan tingkah laku wanita yang mirip sekali Dengan bunda dia luluh seketika.

Atta nga akan lupa kapan terakhir dia makan di temani bunda, kapan terakhir bunda masakan makanan kesukaannya, dan kapan waktu terakhir bunda cium pipi putih bersih kelewat cantik ini.

"Ini sayur nya di makan ya?Mumpung masih hangat." Ucap Nindi dengan panci panas dia letakkan di tengah, aroma lezat penuhi ruangan Hinga menusuk hidung dan kerongkongan.

"Wah keliatan enak." Ayah bersemangat sekali sampai lupa jika sayur itu masih panas. Dan atta juga lupa kapan dia melihat ayah senyum sumringah seperti ini.

"Pelan pelan mas, masih panas."
Wanita ini mirip sekali dengan bunda bedanya dia kelewat perhatian, dan atta ngak bergeming saat lihat di Depannya, wanita cantik yang akan jadi ibu baru nya. "Ayo yang lain di makan, nga doyan ya? Mau di bikinin apa, mie? Atau sup?" Benar kan kelewat perhatian, ujar nya lagi saat dua putra Adam yang akan dia sayang sepenuhnya ngak menyentuh sama sekali makanan yang dia buat. Arga sudah terlebih dulu makan dengan ayah.

"Dava, ayo makan"  Suara ayah paksa Dava untuk makan sebab hanya  Dava yang tak menyentuh piring dan juga nasi yang sudah di siapkan.

"Ayah, dava suka laki laki." Dava begitu berani untuk berbicara jika dia ingin berbeda lantas semua mata tertuju pada Dava dengan tatapan penuh tanya, namun ayah pandangi Dava datar dan dingin, nindi lebih terkejut sampai sampai kuah sayur yang seharusnya di berikan pada piring atta malah jatuh di atas meja.

"Ayah, Dava nga suka perempuan, Dava mau jadi kayak kakak, mau menyimpang." Ucapnya lagi, ayah yang tengah asyik sendokkan nasi ke mulut meleset jatuh ke piring.

"Anak nga tau diri, udah capek capek ayah besarin kamu buat jadi laki laki, Siapa yang ajarin putra ayah jadi banci kayak gini?" Gebrakan meja buat takut Dava dan juga yang lain. marahnya ayah, atta sudah paham kondisinya maka dia diam sejadi jadinya "Jawab ayah!"

"Mas, jangan kebawa emosi, kepala dingin saja kasian mereka." Lerai nindi saat ayah ingin menampar Dava.

"Ayah udah capek liat putra ayah nga bener semua."

"Ayah, Ini kemauan dava."

"Ayah capek, nebelin muka di depan orang biar punya nyali, di katain Sana sini kalo anaknya ngak punya iman apa nga capek?, capek. udh bener jadi laki laki yang ayah mau, Dava. ngak usah bergaya mau menyimpang." 

Dan yang ayah mau cuman ingin liat putra keduanya berhasil seperti apa yang dia bayangkan, punya perempuan yang di banggakan, ngak lemah saat di buang, dan tegas sama apa yang dia yakinkan.

"Ayah hargai kemauan dava"

"Ini nih kalo kebanyakan di manja sama bunda kamu dulu."

"Mas, udah ya jangan di terusin." Ucap Nindi dia tau jika laki laki di depannya akan sedikit sensitif jika sudah mengarah pada bunda yg udh pergi, sesama perempuan juga tahu bagaimana perasaan sakit hati.

Dan memang benar yang di sayang begitu berbeda perhatian, seperti tadi Dava jujur menyimpang pun tak ada pukulan dari ayah. Sedangkan atta dapat semuanya, pukulan, cacian bahkan hinaan, tapi dia belajar bagaimana menjadi kuat untuk hidup di dunia yang kelewat bajingan.

Pelangi di bulan Juli.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang